halaman7.com – Sigli: Sejumlah fasilitas pendukung, Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI), Kuala Pasie Peukan Baro, Kota Sigli, kini kondisinya rusak parah. Sebagian fasilitas yang dibangun sekitar tahun 2007 silam tersebut, sudah tidak berfungsi lagi.
Berbagai fasilitas penunjang PPI,seperti dermaga sandar, Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN), pabrik es, cold storage (ruang pendingin), Tempat Pelelangan Ikan (TPI), penampung air bersih, MCK, balai nelayan, Kios, tempat parkir kenderaan, dan fasilitas lainnya, sudah rusak parah.
Ketua Harian LSM JARAK, Teuku Musliadi, yang juga praktisi hukum di Pidie, mengatakan bahwa pihak instasi terkait, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Pidie, terkesan tidak peduli terhadap permasalahan ini, sehingga tidak ada upaya memperbaikinya, padahal para nelayan dan pengusaha boat, sangat membutuhkan fasilitas tersebut.
“Selama ini mereka yang kami temui, mengaku kesulitan,tidak ada fasilitas yang bisa digunakan di PPI, mereka harus ke Sigli untuk membeli BBM, es, serta kebutuhan lain untuk perbekalan melaut,” ujarnya.
Dengan rusaknya berbagai fasilitas PPI, selain merugikan negara, juga membuat para nelayan, pengusaha boat, bahkan warga sekitar, yang selama ini bergantung mata pencaharian sebagai buruh bongkar muat, mengalami kesulitan.
“Jadi kita berharap perhatian serius pemkab, dalam hal ini DKP pidie, agar memperhatikan keluhan masyarakat nelayan,untuk dapat merevitalisasi PPI kuala pasie peukan baro,” ketus Teuku Musliadi.
Kadis Kelautan dan Perikanan (DKP) Pidie, Ir Tarmizi, menjelaskan bahwa untuk memfungsikan PPI Pasie Peukan Baro perlu dilakukan pengerukan kolam labuh, yang selama ini mengalami pendangkalan, sehingga boat ukuran besar tidak bisa masuk ke dermaga.
Selain itu pembangunan revetment, struktur pelindung garis pantai, breakwater (pemecah ombak),sebagai pendukung kolam labuh,sehingga tidak terjadi pendangkalan kembali nantinya, dan kestabilan dermaga dari ombak. kalau ini tidak dibangun,boat akan kesulitan masuk ke dermaga.
Ini semua membutuhkan anggaran sekitar Rp200 milyar lebih. Belum lagi untuk memperbaiki berbagai fasilitas pendukung lainnya. Diharapkan dana tersebut dari APBN, juga kalau ada investor yang berminat dan bisa bekerja sama dalam pembangunan dan pengelolaan fasilitas pendukung,seperti pabrik es, SPBN, cold storage, serta perbengkelan.
Dikatakan, menyangkut dengan kegiatan sebesar ini perlu perencanaan yang matang, perlu Detail Engineering Desigh (DED), tentu saja dengan melibatkan instansi seperti PUPR, maupun instansi terkait lainnya.
Inilah permasalahan yang sedang dicari solusi, bukannya tidak peduli ataupun membiarkan hal tersebut. “Kita berupaya bagaimana PPI Kuala Pasie Peukan Baro kembali berfungsi, tentu dengan berbagai fasilitas, sesuai standar klasifikasi pelabuhan perikanan Tipe D,” jelasnya.
Hingga nantinya bisa digunakan oleh masyarakat nelayan, pastinya juga. Bisa meningkatkan pendapatan warga sekitar, itulah yang diharapkan, terang Kadis DKP Pidie.
Seperti diketahui, TPI Kuala Pasie Peukan Baro, Kota Sigli yang dibangun sekitar tahun 2007 silam,dulunya mempunyai fasilitas pendukung, seperti dermaga, TPI,gudang, SPBN, pabrik es, Cold Storage, fasilitas air bersih, listrik,mushalla, MCK, balai nelayan, kios, perparkiran, pos pelayanan terpadu, dan lainnya, sesuai standar klasifikasi pelabuhan perikanan Tipe D, seperti tertuang dalam Permen Kelautan dan Perikanan RI No.PER.08/MEN/2012, tentang Kepelabuhan Perikanan.
Dalam Kepmen Kelautan dan Perikanan RI No.6 Tahun 2018, tentang rencana induk pelabuhan perikanan, PPI Kuala Pasie Peukan Baro termasuk dalam daftar revitalisasi secara nasional, bersama pelabuhan perikanan Kuala Tari dan Kuala Gigieng.[As Ali/red 01]