Para Pembaca yang Terhormat
Tanpa terasa dalam satu bulan terakhir ini kita (Indonesia) telah berperang dengan lawan yang teramat tangguh yang bernama Virus Corona. Jika mendengarkan namanya, rasanya lawan kita ini adalah gadis matang nan cantik yang berusia masih 19 tahun.
Namun sadarkan kita, bahwa lawan ini bukanlah lawan sembarangan. Inilah lawan yang teramat tangguh. Wujudnya tidak bisa dilihat dengan mata telanjang, namun serangannya mematikan. Bayangkan saja dalam pekan lalu, corona telah merengut 48 nyawa tanpa daya.
Corona memang tak tampak, namun ia ada dimana-mana. Bisa di rumah, kantor, sekolah dan warkop, café, tempat hiburan dan banyak tempat lainnya. Coronapun tidak sembunyi, tapi ia terdapat dimana saja, bisa di dinding, gagang pintu, baju, organ tubuh kita, sandal, sepatu, uang, mobil, sepedamotor, dan banyak tempat lainnya.
Virus Corona yang akhirnya menjelama menjadi Covid-19 ini juga belum ada ditemukan obatnya. Hanya saja banyak pakar yang menyatkan corona ini bisa mati dengan kekeyaan alam terutuma rempah-rempah yang sangat banyak di Indonesia, seperti kunyit, sere dan lain sebagainya.
Meskipun musuh kita ini tak telihat, dan bisa mengancam kita dimana dan kapan saja, namun ironis jika melihat masyarakat Indonesia secara umum yang masih saja membandel tak mau menghiraukan himbauan pemerintah untuk meminta warganya berdiam diri di rumah.
Kita, terutama di Aceh, masih tetap berkeliaran mencari satu warkop ke warkop yang lain, dari satu café ke café yang lain. Padahal tempat keramaian itu adalah lahan empuk bagi corona menyerang kita. Namun, kita cendrung tak menghiraukan.
Hal ini terlihat langsung, saat tim gabungan TNI/Polri dan Satpol PP Banda Aceh yang melakukan razia di warkop dan café, pada Minggu, 22 Maret 2020 lalu. Ada pengunjung berguman sinis, yang menyatakan, “gabhuk that, corona nyoe corona jeh” (sibuk tak menentu, corana ini corona itu)
Bahkan dengan nada sombong terkadang dari mulut kita, “kalau memang mati, tidakpun karena corona kita juga mati”. Omongan tersebut memang benar, bahkan sangat benar, karena itu janji Allah kepada mahluknya, dimana “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (QS. Ali Imran: 185).
Meskipun kematian itu adalah ketetapan Allah yang mutlak tak tak bisa dihindari, namun sekiranya sebagai mahluk Tuhan, kita wajib berusaha untuk bisa bertahan hidup, bukan pasrah lalu berbuat sesuka hati. Menjadikan seruan untuk berdiam diri di rumah atau menghindari keramaian dari pemerintah menjadi tertawaan bahkan cemoohan. Inilah salah satu cirri dari sifat sombong tersebut, seakan kita tak akan mati lagi, meski badai corona yang menghantui.
Jika tetap berkeras hati dan ini yang kita terus kita lalukan, sama saja kita sombong dan orang sombong itu salah satu sifat yang dibenci Allah. ”Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri (QS. Lukman: 18)
Semoga di hari-hari kedepan kita bisa bijak menyikapi semua ini. Hingga kita bisa terhindar dari semua musibah yang menimpa negeri ini bahkan dunia (pandemic). Dan sekili lagi, yang peru kita ingat bersama Kita Berperang dengan Musuh yang tak Terlihat, karenanya Jangan SOMBONG.[halaman7.com]
Salam
Redaksi halaman7