Sudahkan Semua Kita Dapat Pendidikan yang Layak?

anak-anak yang sekolah di Serempah, Aceh Tengah.[FOTO: h7 - dok iranda novandi]

Catatan: Shella Oetharry Gunawan

PEMBELAJARAN tidak hanya di dapatkan melalui dunia pendidikan yang bernama sekolah. Pembelajaran juga didapatkan melelui pengamalam. Tidak melulu berbicara teori pengalaman mengantarkan kita pada kenyataan yang ‘real’. Memberikan kesan lebih dalam dan tentunya lebih gampang untuk diingat.

Shella Oetharry Gunawan

Lalu bagaimana dengan pendidikan yang didapatkan melalui sekolah? Pertama yang harus kita ketahui pendidikan merupakan suatu proses dimana dimaksudkan.Untuk membawa perubahan dari satu titik ke titik lain yang lebih baik.

Pendidikan adalah proses seseorang untuk mengetahui sesuatu yang sebelumnya tidak ia ketahui. Pendidikan juga merupakan modal bagi seseorang untuk berkembang dan dapat mengembangkan dunia.

Sudah hak semua orang untuk dapat mengenyam pendidikan dengan layak. Tapi  kenyataannya pada hari ini tidak demikian. Tidak semua orang memiliki kesempatan untuk dapat merasakan sekolah dan mendapatkan pendidikan yang layak, berbagai macam kendala.

Pertama: Daerah Pelosok, meskipun sekarang ini banyak kita temui sosok-sosok berjiwa besar yang mau menjadi relawan pengajar didaerah pelosok. Tetapi tidak ada akses yang terjangkau serta fasilitas yang memadai tetap saja menjadi penghambat untuk anak-anak bangsa mendapatkan haknya.

Kedua: Perekonomian Keluarga, lagi-lagi biaya menjadi penghambat dalam dunia pendidikan. Mereka yang terlahir dari keluarga yang perekonomiannya berada pada garis kemiskinan. Harus menjadi anak putus sekolah yang kemudian menjadi tenaga kerja pada usia yang tidak seharunya. Adapun beasiswa, tetapi tidak merata.

Hal-hal semacam ini harusnya menjadi perhatian pemerintah. Karena pemerintah merupakan alat negara yang juga memiliki tanggung jawab serta andil besar. Dalam mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang tertera dalam UUD 1945.

Selain permasalahan-permasahan tersebut. Faktor lingkungan yang tidak mendukung bisa menjadi persoalan dalam pendidikan sekolah. Dengan memelintir tujuan sekolah itu sendiri dengan ucapan yang terkadang ada benarnya.

Baca Juga  Belajar Hiasan dalam Kemakmuran

Seperti mengatakan: “untuk apa sekolah kalau ujungnya masih saja bukan menjadi PNS. Bukan orang yang kerja di kantoran, bahkan menjadi pengangguran, hanya biuang-buang uang saja”. Kalimat-kalimat tersebut, menjadi pemicu bagi seseorang untuk tidak melanjutkan dunia pendidikan yang ke jenjang yang lebih tinggi.

Kemudian, manajemen keluarga juga sangat mempengaruhi pola pikir anak-anaknya dalam dunia pendidikan. Pemerintah juga seharusnya berperan aktif dalam menangani hal seperti ini. Memberikan wejangan serta pemahaman terhadap masyarkat terutama orang-orang tua. Menyadarkan bahwasannnya pendidikan itu sangatlah penting.

Pengalaman saja tidak cukup tanpa teori. Begitu juga sebaliknya. Keduanya harus seimbang. Sudah seharusnya dunia pendidikan mendapatkan perhatian besar dan serius. Karena pendidikan seharusnya memanusiakan manusia. Menjadi dasar untuk menyiapkan manusia yang berilmu dan beradab.

Sekarang ini kita lihat para akademisi yang memiliki pendidikan tinggi dan luar negeri saja masih tak mampu maksimal. Dalam menjalankan kehidupan negara. Lalu bagaimana dimasa mendatang jika tidak dari sekarang diperhatikan.

Ini hanya coretan kecil, sekaligus kilas balil pendidikan kita. Semoga kita bisa mengambil satu hikmah dari tulisan ini. Selamat Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2 Mei 2020. Maju terus Bangsaku.[halaman7.com]

Penulis, Mahasiswi UIN Ar-raniry Banda Aceh

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *