Aceh, Opini  

Hasbi Burman, Tinggal Sekeping Hati

Catatan: Iranda Novandi

Iranda Novandi
Iranda Novandi

MATAHARI mulai condong menuju senja. Denyut kota tak juga berhenti. Hiruk pikuk di sudut Kota Banda Aceh membawa langkah lelaki yang mulai senja berhenti di salah satu sudut warung mie arang di pusat ‘China Town’.

Lelaki kepala tujuh mengambil emping melinjau dalam kaleng. Kerupuk khas Aceh itu dikunyahnya dengan lembut. Satu.. dua.. dan emping ketiga pun lumat dimulut.

“Presiden..,” sapa ku pada lelaki yang dijuluki ‘Presiden Rex’ oleh legenda penyair nasional WS Rendra.

Dihempaskannya badan dan duduk di kursi tanpa sandaran tepat berada di samping ku. Wajahnya sedikit pucat. Keriput dan uban yang menghiasi kepalanya menyisakan bekas kegantengannya saat usia 40-50 tahun silam.

Hasbi Burman. Dialah salah satu penyair Aceh yang tetap konsisten dalam karyanya. Dalam usia 72 tahun seperti saat ini dia masih aktif menulis syair atau puisi. Hasbi terkenal dengan puisi-puisi singkatnya yang bernas dan menyentuh.

“Saya sakit. Dalam minggu ini mau operasi,” cerita Hasbi membuka percakapan. Tak terdengar oleh ku secara pasti, operasi yang apa yang dilakukan. Apakah operasi hernia atau kandung kemih.

Namun, yang menurut Hasbi dia tak bisa duduk lama. Pinggangnya terasa sakit. Makanya, ia saat ini jarang keluar rumah. Atau bisa dikatakan, nyaris selalu di rumah sambil menunggu masa operasi.

“Pesanlah kopi,” ujar ku memecahkan keheningan yang sempat terjadi.

“Saya ngak ngopi lagi, dah dilarang sama dokter. Kalau ngopi langsug sakit,” ujarnya

“Kalau rokok” timpal ku

“Kalau rokok masih, tapi sehari hanya beberapa batang saja,” ujar Hasbi lirih sambil mengeluarkan sebungkus rokok dari saku bajunya. Terlihat baru 3-4 batang saja yang tercabut. Padahal menurut Hasbi, jika saat belum sakit, sore hari seperti saat kami bertemu sudah bungkus ke dua. Dalam sehari bisa sampai tiga bungkus.

Baca Juga  PUISI Maskirbi: Tarian Sunyi

Sekeping Hati

“Saya tinggal sekeping hati saja,” ujarnya.

Kalimat itu mengingatkan ku akan buku puisi karyanya yang berjudul sama. Ya.. “Tinggal Sekeping Hati,”. Buku itu dicetak dan di produksi Dinas Pariwisata Aceh, setahun lalu. Dan Hasbi hanya menerima bayaran Rp3 Juta.

Bagi Hasbi, sekeping hati itu memiliki makna yang luas. Bisa sekeping hati yang menggambarkan cinta. Bahwa hanya ada sekeping hati yang tersisa dari seseorang yang kita cintai dan kini setia mendampinginya.

Bisa juga, sekeping hati dari makna religi. Bahwa hanya sekeping hati yang kita serahkan kepada Sang Khaliq. Banyak lain bahkan ratusan hingga ribuan makna bisa di artikan dari kata “sekeping hati itu”.

Hari semakin senja, satu batang rokok pun disulutnya. Hanya tarikan kecil dan sekedar keluar asap dari bibirnya.

Hasbi terlihat begitu tegar. Diakuinya, sampai saat ini ia masih berkarya menulis puisi. Hanya saja, saat ini tidak ada lagi ruang yang bisa menyalurkan karya. Banyak media bahkan di Aceh tak ada lagi media massa yang memberi ruang bagi penyair menyalurkan karya-karya mereka.

“Penyair sudah tersingkirkan,” ujarnya dalam menyikapi tidak adanya lagi media yang peduli menyediakan rubrik sastra untuk mempublikasi karya-karya penyair. Sekarang, penyair lebih hanya bisa menyalurkan lewat media sosial (Medsos).

Ini harus diakui, media meinstrem saat ini nyaris tak ada lagi menyediakan ruang bagi para penyair untuk menuangkan ekspresi mereka lewat puisi, syair atau cerpen. Tak tau penyebab pastinya. Namun yang jelas, sudah tak banyak lagi media yang mau menampung karya para penyair tersebut.

“Bang Hasbi, kirim saja ke saya. Nanti saya publis di halaman7.com. saya ada buat khusus rubric sastra,” ujar ku.

Baca Juga  Pelaku Usaha Dapat Penghargaan dari Pemko Sabang

“Betul itu, nanti saya kirim ya. Kasih emailnya. Ntar saya suruh anak kirim ke email Iranda,” ujarnya sambil mengembangkan senyum.

Mendengar itu, Hasbi pun pamit dari hadapan ku. Ia berjanji akan mengirim puisi.

“Saya tunggu di depan ya, menunggu di jemput anak, biar pulang sama-sama,” ujarnya sambil berlalu meninggalkan warung mie arang yang berada di kawasan Peunayong Banda Aceh itu.

Mari Berbagi

Bagi para pembaca yang berbahagia, mari berbagi. Bila ada rezeki lebih mungkin bisa menitipkan buat Bang Hasbi guna meringankan biaya operasi. Bisa disalurkan langsung ke no rekening 1119144953 BNI Syariah Banda Aceh atas nama Hasbi Burman.

Bagi sahabat atau kenalan yang lama tak bersua dengannya, bisa juga menghubungi atau menyapanya Hasbi  Burman di nomor kontak 081269020001.[]

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *