halaman7.com – Banten: Mantan Aktivis GAM Denmark Tarmizi Age mengaku sedih dan terenyuh, mendengar kabar para mantan GAM dan korban konflik akan dibagikan handuk.
Tarmizi Age yang kini menetap di Banten mengatakan, ikut merasa sedih mendengar kabar yang berhembus kencang menyangkut informasi “handuk” yang akan di bagikan pemerintah Aceh kepada korban konflik dan mantan kombatan GAM melalui salah satu lembaga.
“Semoga saja kabar tersebut tidak benar,” ujar Tarmizi Age, Rabu 24 Maret 2021.
Tarmizi kurang percaya program Pemerintah Aceh untuk korban konflik dan mantan kombatan setelah 15 tahun perdamaian Aceh berlangsung adalah bagi-bagi handuk.
Pria yang akrab disapa Al Mukarram, menambahkan, dengan tidak menafikan keterlibatan seluruh rakyat Aceh. Mantan kombatan dan korban konflik merupakan garda terdepan dalam memperjuangkan hak-hak Aceh. Sehingga dengan adanya perjuangan merekalah, maka Aceh mendapat penghargaan dari rakyat Indonesia termasuk trilunan dana Otsus.
Karena itu timbul pertanyaan, apa mungkin pemerintah Aceh akhirnya meluncurkan program bagi-bagi handuk dalam mewujudkan pemenuhan hak-hak korban konflik dan eks kombatan?
“Saya rasa tidak, pun demikian kita tunggu realisasinya,” ucap eks GAM Denmark itu.
Pihaknya yakin para pejuang dan korban konflik Aceh merupakan orang-orang yang cukup sabar dari setiap persoalan yang menimpa mereka. Maka jangan sampai kesabaran mereka itu diartikulasi dengan program yang rasanya kurang berpatutan.
Pemerintah Aceh memang berkewajiban membantu korban konflik dan mantan kombatan. Namun demikian kalau boleh janganlah handuk bantuannya.
“Saya rasa kurang tepat dan kurang ideal,” sebut putra kelahiran Alue Sijuek, Peudada, Bireuen itu,
Tarmizi Age yang merupakan Mantan Ketua Komite Monitoring Peace and Democracy (KMPD) Aceh Perwakilan Eropa, mengajak Pemerintah Aceh untuk berpikir ulang. Jika benar penyaluran handuk menjadi program prioritas untuk para korban konflik dan para mantan kombatan tahun anggaran 2021.
Apa Pemerintah Aceh tidak sayang melihat korban konflik dan mantan GAM, yang masih ramai hidup paspasan. Lalu diberi handuk, cobalah Pemerintah Aceh berpikir ulang.
Apa lagi ramadhan dan lebaran di depan mata. Bisa saja mereka butuh dana untuk keperluan pribadi dan keluarga.
“Saran saya membantu dana lebih baik dari pada memberi handuk,” ujar Tarmizi Age,
Sebagai penutup, Tarmizi Age mengingatkan rakyat Aceh bahwa, Perjanjian Damai yang melahirkan nota kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia (RI) dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang ditandatangani di Helsinki, Finlandia pada 15 Agustus 2005, sudah berjalan hampir 16 tahun, semoga bisa berkekalan.
Tarmizi juga menyampaikan penghormatan setinggi-tinginya kepada para syuhada dan pejuang Aceh serta korban konflik yang telah mengorbankan segala-galanya. Baik harta, tenaga, bahkan jiwa dan raga, demi sebuah perjuangan suci dalam meraih kehidupan yang lebih baik untuk rakyat aceh kedepan.[ril | red 01]
Saya anak korban komplit,sapai sekarang gak ad Batua apaz