halaman7.com – Kutacane: Masyarakat Kecamatan Lawe Alas, Aceh Tenggara mengaku kecewa terhadap belum selesainya pengerjaan jembatan yang menghubungkan Ngkeran, Kecamatan Lawe Alas dan Pedesi, Kecamatan Bambel.
Padahal jembatan itu telah dikerjakan sejak 2016 silam. Artinya sudah lima tahun pengerjaan jembatan itu tak kunjung selesai. Lambatnya pengerjaan jembatan ini justru mengindikasikan ketidakberesan dalam proyek tersebut.
Seorang warga Kecamatan Lawe Alas menyebutkan pembangunan jembatan Ngkeran-Pedesi telah dimulai sejak 2016. Namun sekitar empat tahun berlalu, jembatan belum bisa juga dilalui. Padahal sepengetahuan warga anggaran yang telah dialokasikan mencapai Rp17,5 miliar dan PT NKN dipercaya sebagai pelaksana.
“Sudah empat tahun lebih jembatan ini dikerjakan tapi belum juga selesai. Padahal jembatan ini sangat bermanfaat bagi kami karena untuk sampai ke kota Kutacane menjadi lebih dekat,” ujar Dahlan selaku pemilik lahan kepada halaman7.com saat dikonfirmasi di kediamannya.
Sementara itu, berdasarkan pantauan lapangan wartawan halaman7.com. Hingga kini masih terdapat lahan yang belum diganti rugi meski pelaksana proyek telah membangun bagian dari konstruksi jembatan di atas lahan masyarakat. Janji pembayaran ganti rugi yang pernah disampaikan kepada pemilik lahan hingga kini belum juga dipenuhi.
“Kami cuma orang kampung, dulu sebelum oprit dibangun sudah dijanjikan ganti rugi dan sampai sekarang belum ada pembayaran apapun,” tambah lelaki berusia paruh baya itu pada wartawan sambil menunjukkan lahan pertaniannya yang terdampak pembangunan jembatan.
Meski demikian, terdapat perlakuan berbeda yang diakui masyarakat membuat mereka kecewa. Terdapat lahan yang telah diganti rugi sejak awal. Sepengetahuan warga lahan yang telah diganti rugi merupakan lahan milik PNS di Pemda Aceh Tenggara.
Dalam pantuan masyarakat. Lahan milik PNS itu juga terlalu luas yang diganti rugi. Sementara lahan masyarakat yang belum diganti rugi hanya belasan meter dan telah didirikan bagian fisik dari jembatan.[AKA | red 01]