halaman7.com – Banda Aceh: Pembatalan pembangunan dermaga Pulau Banyak oleh Pemerintah Aceh yang anggarannya sudah dialokasikan dalam APBA 2021, sangat disayangkan oleh banyak pihak.
Peneliti Emirates Development Research (EDR), Usman Lamreung, dengan nada keras menyebut Pemerintah Aceh tidak becus.
“Pemerintah Aceh sangat tidak becus dan tidak konsisten. Menyambut rencana investasi pariwisata UEA di Pulau Banyak. Pembangunan infrastruktur di kepualuan ini mestinya harus di genjot, tapi ini justru sebaliknya, dibatalkan, dan dengan alasan yang tidak masuk akal pula, karena tidak cukup waktu,” ujar Usman, Minggu 17 Oktober 2021.
Sebagaimana diberitakan APBA 2021 sudah disahkan sejak Oktober 2020 dan dokumen lelangnya sudah masuk ke BPBJ (Biro Pengadaan Barang dan Jasa) sejak Mei 2021. Ini artinya ada rentang waktu kurang lebih lima bulan kosong tanpa progres apapun terkait proyek dermaga ini.
“Jadi alasan Pemerintah Aceh tidak cukup waktu, itu konyol dan tidak masuk akal,” ujarnya.
Usman mensinyalir pembatalan proyek dermaga Pulau Banyak ini tak kunjung dieksekusi adalah akibat kuatnya saling ‘sandera’ dan tarik menarik kepentingan antara pemburu proyek APBA.
Menurut Usman, jika ditingkat teknis sudah siap, tapi proyek tak kunjung dieksekusi. Lalu di penghujung tahun anggaran dibatalkan dengan dalih tak cukup waktu. Maka itu sangat layak dicurigai bahwa ada proses-proses yang tidak sehat dalam pelaksanaan program dan proyek APBA.
Kasus ini, sangat mirip dengan cerita gagal investasi KIA Ladong. Investor yang kebetulan putra Aceh, yang telah berkomitmen membangun Aceh justru tidak difasilitasi dengan baik oleh Pemerintah Aceh. Bahkan ada desas-desus yang menyebutkan arogansi seorang pejabat di lingkup Pemeritah yang membuat investor kehilangan minat hingga angkat kaki dari KIA Ladong.
“Tak tertutup kemungkin Pulau Banyak juga bisa bernasib seperti KIA Ladong, investornya lari dan tak jadi berinvestasi,” beber Usman.
Dikatakan, sudah terlalu banyak cerita gagal dari kepemimpinan pemerintahan Nova dan membuat Aceh semakin terburuk. Bukan karena faktor eksternal, tapi karena kebobrokan mereka sendiri.
“Rezim yang berjanji Aceh akan hebat justru menjadi pendosa terbesar dari keterpurukan Aceh,” pungkas Usman.[ril | red 01]
Respon (1)