Tampil Heroik, Dedi Heriansyah Menantang Maut

di Arena Bulutangkis

Aahhh… seketika tubuhnya terduduk di lantai berwarna hijau. Kedua kakinya ditekuk dan tubuhnya gemetar. Pelopak matanya terlihat berkaca-kaca menahan sakit yang begitu hebat.

Setelah beberapa menit menjalani relaksasi, tubuhnya berusaha bangkit dengan dipapah para teman-teman. Ia mencoba berjalan dengan menyusuri lapangan bulutangkis di Sport Centre Universitas Syiah Kuala (USK), Darussalam, Banda Aceh.

Seketika itu juga, saya yang berpasangan malam itu sama Dedi, saat laga melawan pasangan tangguh di grup C, Riswandi/Syawal, memutuskan untuk menghentikan pertandingan. Dalam artian, kami melempar “handuk putih”.

Tapi, hanya berselang 5 menit, Dedi menanyakan, apa masih boleh main. Meski raut wajahnya tak menyakinkan, lelaki asal Pulau Aceh itu, terlihat ingin menuntaskan permainan yang baru berjalan beberapa menit itu.

“Masih bisa main. Saya mau lanjutkan permaian,” tanya Dedi.

Mendengar pertanyaan tersebut, saya mencoba menyakikan pertanyaan yang dilontarkannya tersebut. “Iya,” ujarnya sambil mengangguk kepala.

Akhirnya, dengan keputusan wasit dan IP, pertandinganpun dilanjutkan. “Kalau selama ini saya yang ‘gendong’ Pak Ir, Kali ini Pak Ir yang ‘gendong’ saya,” ujarnya saat kami memasuki lapangan untuk melanjutkan pertandingan.

Di luar dugaan, dalam kondisi Dedi yang kakinya dibalut perban dan pelindung lutut, sama sekali tak bisa begerak bebas, bisa memenangkan game pertama dengan skor tipis 21-19.

Pada game kedua, kami pun dipaksa menyerah dari pasangan Riswandi/Syawal. Penentuanya, harus dilanjutkan pada game ketiga. Pada pertandingan rubber set ini, akhirnya kamipun harus rela menelan kekalahan selanjutnya, hingga skor 1-2.

Dedi Herinsyah, wartawan RRI Banda Aceh ini memang sebelum gelaran turnamen Walikota Cup-II yang digelar PB PENA, sempat dibekap cidera yang hebat. Lututnya, mengalami pergeseran, saat berlaga melawan PB Sybanceh dalam laga persahabatan di auditorium RRI, sepakan lalu.

Baca Juga  PB PENA Gelar Turnamen Bulutangkis D’ Blue Cup

Lelaki berperawakan kecil ini, memang memilki skill tersendiri dalam olahraga bulu tepok di kalangan wartawan di Banda Aceh. Dengan postor kecilnya, Dedi penari, berlari dan meliuk-liuk di lapangan saat bertanding.

Pukulannya yang tajam dan keras serta trik tipuan bola-bola menyilang di atas net, kerab membuat lawan mainnya kewalahan. Trik tipuan itu pulalah yang menjadi andalannya dalam setiap pertandingan.

Namun, pada Sabtu 11 Desember 2021 malam itu, tarian dan smes kerasnya tak terlihat. Meski sesekali muncul, saat posisinya pas menerima bola tanggung dari lawan.

Sebelum memasuki pertadingan kedua, melawan pasangan Agus Widjanarko/Syawal D Blue. Saya minta Dedi untuk tidak bergerak banyak. Cukup stay pada satu posisi saja, fokusnya cukup berada di depan net saja, tanpa banyak melakukan pergerakan.

“Kesehatan lebih penting, dari pada turnamen ini”. Pesan ini yang selalu saya ingatkan padanya saat ia tak berdaya mengambil bola-bola yang berada di sekitarnya. Namun, semangat juangnya tak bisa dibendung.

Dengan segenap kemampuan yang ada dan bisa dilakukannya, wartawan kompeten jebolan UKW Langsa ini, memainkan permainan sesuai kempuannya yang tersisa. Meskipun terkadang, sesekali pukulan kerasnya menghujam jantung pertahanan lawan.

Pertadingan kedua di Grup C ini, memang sangat dramatis. Meski sempat tertinggal jauh di game pertama, namun kami bisa mengakhirnya dengan skor 21-18.  Di game kedua, meski sempat tertinggal 0-4, namun dengan semangat juangnya, kami bisa kejar-kejaran poin.

Pertandingan semakin dramatis, saat skor 20-16 untuk keunggulan Agus/Syawal. Butuh satupoin lagi, rasanya sulit terkejar lagi. Tapi, kami yang masih memiliki semangat dengan saling tos dan melempar senyum, bisa menyamai skor menjadi 20-20.

Poin genting, 20-20 ini, dengan servis ditangan Dedi, berhasil kami curi satu poin, setelah smes yang saya lesaknya tak begitu keras, tak bisa dikembalikan Syawal. Skor 20-21, membuat seketika jantung ku berdegup.

Baca Juga  Begini Cara PB Pena Sambut Ramadhan 1442 H

Servis rendah dan pendek yang dilakukan Dedi, akhirnya tak bisa dikembalikan dengan sempurna Agus. Hingga akhirnya kami pun memenangkan pertadingan dramatis ini skor yang ditutup 20-22. Kamipun berhak melaju ke 8 besar, turnamen bulutangkis Walikota Cup-II yang disponsori PDAM Tirta Daroy ini.

INFO Terkait:

Seketika kamipu melempar senyum dan saling tos. Sungguh perjuangan nan heroik yang diperlihatkan luar biasa. Seorang Dedi Heriansyah, dengan perjuangannya melawat “maut” cedera lutut yang hebat. Kamipun bisa keluar lapangan dengan senyum terindah.

Dibalik semua itu, satu yang pasti. “Allah menolong kami, untuk keluar dari kemustahilan”.[iranda novandi]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *