halaman7.com – Banda Aceh: Puluhan wartawan Banda Aceh dan Aceh Besar bersama warga Lampulo, larut dalam doa dan isak tangis pada malam renungan 17 tahun tsunami Aceh, Sabtu 25 Desember 2021.
Malam renungan 17 tahun tsunami Aceh itu, di gelar para wartawan lintas organisasi, baik PWI, AJI, IJTI dan PFI. Malam renungan ini diawali dengan pembacaan surat Yasin secera bersama-sama.
Kemudian dilanjutkan dengan penyampaian testimony oleh sejumlah wartawan, diantaranya Muhammad Hamzah, Nasir Nurdin. Keuchik Lampulo Alta Zaini yang juga diberi kesempatan menyampaikan testimoni saat kejadian, menceritakan kisahnya berpisah dengan anak serta istrinya dengan sambil menangis terisak-isak.
“Sebelum kejadian tsunami, saya sempat minta maaf pada anak-anak saya. Ke esokan harinya, anaknya bercerita tentang mimpi yang rumah mereka terbakar. Hingga kemudian bencana gempa dan disusul tsunami memporak-porandakan Lampulo dan Aceh secara umum,” ujar Alta.
Pada malam renungan yang menguras air mata itu, juga di isi dengan tausyiah dan doa. Para wartawan dan warga Lampulo yang memang menjadi saksi hidup tsunami, tampak tak henti menyekat air mata yang terus menetes dari pelopak mata mereka.
INFO Terkait:
- Kenang 17 Tahun Tsunami Aceh, PFI Gelar Pameran Foto
- Sweet Seventeen Tsunami Aceh (Bukan) Sekedar Kenangan
Suasana ini semakin dramatis, lokasi malam renungan itu adalah situs Boat di atas Rumah yang menjadi saksi bisa dahsyadnya tsunami. Ditambah lagi pada malam itu, puluhan foto tentang tsunami Aceh ikut dipamerkan oleh para Pewarta Foto Indonesia (PFI) Aceh.
“Pameran ini untuk mengingatkan kita untuk ‘tidak lupa’ dengan kejadian yang meluluhlantakkan Aceh, kegiatan ini juga mengingatkan kita tentang bahayanya Covid-19 yang melanda dua tahun terakhir,” kata Ketua PFI Aceh, Bedu Saini.[andinova | red 01]