Mursil Merasa Gagal Jadi Bupati Aceh Tamiang

Mursil

halaman7.com – Aceh Tamiang: Pengakuan mengejutkan dilontarkan Bupati Aceh Tamiang, Mursil. Pasalnya, ia menegaskan kalau dirinya belum berhasil menjadi bupati. Karena belum sepenuhnya program kerja yang tertuang dalam visi dan misinya dapat dilaksanakan selama kepemimpinannya yang sudah hampir berakhir.

“Masa kepemimpinan kami bersama Wabup hanya tersisa lebih kurang 10 bulan lagi. Saya menilai gagal, belum berhasil melaksanakan visi-misi. Ini terutama terkait visi-misi meningkatkan kualitas pengamalan Syariat Islam dengan upaya-upaya keteladanan dan pengembangan budaya Islami,” kata Bupati di hadapan para pengurus MPU Aceh Tamiang dan Dekan FUAD IAIN Langsa dalam kegiatan penandatanganan Nota Kesepakatan antara kedua lembaga tersebut, Kamis 27 Januari 2022 di aula Setdakab.

Dicontohkan Mursil, dalam penerapan Syariat Islam di Bumi Muda Sedia belum sepenuhnya Islami. Tampak dari masih banyak masuknya laporan perbuatan yang menyalahi norma-norma agama yang terjadi di wilayah Aceh Tamiang.

“Padahal sudah banyak program keagamaan yang dilaksanakan pemkab,” ujarnya.

Menurut Bupati Mursil, salah satu program keagamaan yang dilakukan seperti Maghrib Mengaji bagi anak-anak di setiap kampung. Namun, disayangkan ada masjid yang menolak, tidak boleh dipakai untuk program ini dilaksanakan di masjid, dengan alasan kotor dan anak-anak rebut.

Padahal, kata Bupati, anak-anak yang ribut itulah yang kelak memakmurkan masjid, bukan yang tak pernah ke mesjid.

“Sekarang ini banyak bangunan masjid dibangun megah, Tapi siapa yang memakmurkannya,” tanya Bupati Mursil.

Karenanya, ia meminta para orang tua untuk membiasakan diri mengajak anak-anaknya shalat berjamaah di masjid. Para pengurus masjid dan para orang tua untuk memaklumi bila mendapati anak-anak yang bermain atau berlarian di dalam masjid.

Baca Juga  Masyarakat Harapkan Pengaspalan Jalan Ketol

“Kita pun dulu begitu sewaktu kecil, ribut, main-main, lari kesana-kesini, bergelut di masjid. Tapi itu biasa. Kelak, mereka yang ribut di dalam mesjid itulah yang memakmurkan mesjid. Karena sedari dini, sudah mengakrabi mesjid sebagai tempat mainnya,” timpalnya lagi.

Belum lagi, kalau dilihat para remaja-remaja berkeliaran hingga tengah malam dan tidak ada yang berani menegurnya. Kondisi seperti ini mengesankan kontrol sosial di lingkungan masyarakat sudah tidak ada lagi.

“Inilah tanggungjawab kita bersama, termasuk IAIN, MPU Aceh Tamiang serta Kementerian Agama,” tegas Mursil. Kini waktu tersisa hanya beberapa bulan lagi, namun Aceh Tamiang masih belum nampak Islami.

Menurut Mursil, masih ada petugas Satpol PP dan WH melakukan halo-halo (mengumumkan-red) pada saat shalat Jumat dan waktu ibadah lainnya untuk sementara meninggalkan aktivitas. Bila daerah ini sudah sepenuhnya Islami, maka tidak perlu ada lagi petugas yang menyampaikan pengumuman melalui pengeras suara pada kendaraan operasional.

Momentum

Karena itu, momentum kerjasama antara Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Langsa dan MPU Aceh Tamiang dengan kajian-kajian yang dilaksanakan dapat disebarluaskan ke publik, baik melalui tatap muka serta siaran langsung media radio di Aceh Tamiang maupun media lainnya.

“Bahkan kajian–kajian tentang agama Islam bisa digelar secara terbuka bagi masyarakat umum sehingga masyarakat dapat menyampaikan pertanyaan dan dijawab secara langsung,” pinta Bupati Mursil.

Pelaksanaan kajian tentang hukum-hukum Islam terbuka untuk umum dinilai penting sehingga dapat menimalisir perdebatan di tengah-tengah masyarakat.

“Saya minta pada MPU Aceh Tamiang program kerjasama ini bisa berlangsung dengan kontinyu, meskipun saya tidak lagi jadi bupati nantinya, itu adalah inovasi baru yang dilaksanakan MPU Aceh Tamiang,” pungkas Mursil.[Antoedy]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *