Catatan: Eddyanto SST
SENIN, 13 Maret 2022, pagi ini, jarum jam baru menunjuk pukul 07.45 Wib. Hujanpun mulai menghujam bumi.

Aktifitas wargapun mulai bergeliat terutama arus lalulintas. Ya, sebagai rutinitas, pemandangan padatnya lalulintas pagi kerap mewarnai denyut nadi Kota Langsa, ujung timur Aceh.
Suasana pagi tersebut, ramai karena umumnya para pelajar, pegawai pemerintahan dan swasta berlalulalang menuju sekolah, kantor dan tempat aktifitas lainnya.
Namun pagi ini, kepadatan arus lalulintas tidak seperti biasanya. Karena hujan kembali mengguyur kota jasa dan perdagangan ini.
Sementara disisi lain, sejumlah cafe, warkop dan tempat tempat sarapan pagi warga terlihat cukup ramai. Sebagian warga kota ini lazimnya juga kerap memilih sarapan di warung sambil menyeruput segelas kopi atau teh manis hangat.
Momok
Sementara itu, bagi sebagian warga kota ini, bila hujan turun, mereka menjadi sangat was-was. Seakan hujan ini menjadi sebuah momok menakutkan. Karena kekhawatiran banjir genangan akan kembali merendam pemukkman mereka.
Bagi warga yang bertempat tinggal di seputaran DAS Krueng Langsa, kala hujan turun juga menjadi perjuangan tersendiri bagi mereka. Hal biasa dan telah menjadi bagian dari nestapa hidup warga seputaran DAS Krueng Langsa.
Sementara itu, hal yang juga miris dirasakan warga kota ini, bila hujan turun lebat dan dalam hitungan jam saja, pusat kota seperti Jalan Iskandar Muda, Teuku Umar, seputaran Lapangan Merdeka, dan pusat pertokoan, banjir genangan tak dapat dielakkan. Kondisi sudah bagaikan anak sungai dangkal.
Pemandangan yang tak jauh beda juga terlihat di Jalan A Yani atau depan Kantor BPBD Langsa. Lazimnya jalan tersebut bila hujan terus mengguyur lebat dalam hitungan jam, jalan dan halaman kantor berubah menjadi bagaikan anak sungai dangkal.
Problema
Persoalan banjir ini, menjadi problema pelik yang belum terpecahkan Pemerintah Kota (Pemko) Langsa. Buruknya drainase kota, saluran saluran parit dan air di seputaran pemukiman warga menjadi alasan banjir tak terelakkan.
Belum lagi persoalan sampah, dimana ini juga menjadi penyebab utama tersumbatnya got dan saluran air. Belum lagi, masih dinilai rendahnya semua pihak dan masyarakat dalam membuang sampah secara benar dan bertanggungjawab pada tempatnya.
Semoga dimomentum Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) ini yang diperingati setiap 21 Februari, kita semua sadar untuk kembali mencintai lingkungan, menjaga dan merawat serta melestarikannya. Semoga Alam masih bersahabat dengan kita.[halaman7.com]