halaman7.com – Banda Aceh: Keberadaan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Aceh tampak tidak memberikan manfaat signifikan dalam peningkatan SDM di Aceh.
Sementara dana yang dikelola melimpah ruah. Hingga sanggup mengalokasikan bagi para pejabat untuk tamasya alias jalan-jalan ke negeri Paman Sam, Amerika Serikat.
Bukti SDM Aceh tidak meningkat dapat kita lihat dari mutu pendidikan Aceh 2021. Berada di rangking 25, di bawah Papua Barat.
“Ini sangat memalukan di tengah alokasi dana pendidikan yang melimpah. Dapat diibaratkan, arang habis binasa,” kata akademisi Universitas Abulyatama (Unaya) Aceh Besar, Usman Lamreung, kepada wartawan di Banda Aceh, Jumat 13Mei 2022.
Sebab itu, Usman mendesak pihak penegak hukum, terutama kejaksaan. Untuk mengusut dugaan aneka skandal di BPSDM yang saat ini. Patut diduga ada skandal lain selain penghamburan dana umat di BPSDM Aceh.
Mantan pekerja BRR Aceh-Nias 2005-2009 ini mengaku, mendapat laporan ada sejumlah putra-putri Aceh yang belajar jenjang S1, S2 dan S3 di luar negeri. Tapi tak dibiayai BPSDM. Sejumlah anak Aceh belajar di Mesir, Malaysia dan negara lain dengan dana sendiri.
Ini namanya diskriminatif, pilih-pilih kasih. Makanya, lanjut Usman, harus diusut hingga ke akarnya. Kejaksaan perlu memanggil anak-anak Aceh yang belajar di luar negeri dengan biaya sendiri.
“Tanyakan bagaimana perasaan mereka belajar dengan uang sendiri. Di tengah belasan pejabat Aceh yang jalan-jalan ke AS,” kata Usman.
Usman malah mengusulkan, BPSDM Aceh dibubarkan saja untuk selanjutnya ditempatkan di bawah Asisten Bidang Keistimewaan Setda Aceh yang saat ini dipimpin Dr M Jafar SH MHum.
Menurut Usman, alasan penempatan BPSDM di bawah Asisten Keistimewaan adalah karena menurut UU Nomor 44/1999, keistimewaan Aceh salah satunya di bidang pendidikan.
“Jadi, alihkan saja persoalan SDM Aceh ke Biro Keistimewaan Setda Aceh,” saran Usman yang mengaku pilu melihat BPSDM Aceh menghamburkan tanpa malu uang rakyat.
Sebagaimna diberitakan, 13 pejabat Aceh di bawah koordinasi BPSDM berencana untuk mengecek progres studi 15 anak-anak Aceh yang sedang belajar dengan dana BPSDM di Amerika Serikat. Dana dialokasikan untuk per pejabat adalah sekitar Rp100 juta.
“Meuhai taloe ngen leumo. Keterlaluan BPSDM Aceh,” kata Usman dengan nada geram.
Diakatakan, perjalanan Gubernur Aceh, anggota DPRA dan rombongan ke Amerika Serikat pada 16-22 Mei 2022 mendatang. Menurut hematnya adalah bentuk dari pemborosan anggaran. Apalagi dikabarkan terdapat isteri muda Gubernur dalam rombongan itu.
Sudah berulang kali kunjungan luar negeri dengan mengunakan anggaran negara dengan modus kerjasama, mencari investor dan lainnya. Apa hasilnya, banyak yang gagal dan tidak ada tindak lanjut, yang ada hanya menghabiskan anggaran.
Ini sangat merugikan rakyat Aceh. Seharusnya gubernur disisa jabatannya dua bulan lagi. Harus fokus menyelesaikan berbagai program yang urgensi. Seperti pengentasan kemiskinan, realisasi anggaran. Saat ini sangat dibutuhkan kebijakan cepat pemerintah Aceh.[ril | red 01]