Mengenal Sastra Lisan Gayo lewat Bincang Kekeberen

halaman7.com – Banda Aceh: Pusat Kajian Kebudayaan Gayo kembali akan menggelar bincang budaya. Kali ini bertajuk Bincang Kekeberen (bercerita). Termasuk di dalamnya mengenalkan sastra lisan yang begitu kental di dataran tinggi Gayo.

 Ketua Pusat Kajian Kebudayaan Gayo, Yusradi Al Gayoni mengatakan, selain membahas sastra lisan Gayo secara umum. Nantinya, akan dibahas masing-masing sastra lisan yang ada di Dataran Tinggi Gayo. Seperti didong, sebuku, dan sastra lisan Gayo lainnya.

“Biar mendalam dan semakin memperkaya pembahasan tentang sastra lisan Gayo khususnya. Juga, memberikan gambaran, betapa kayanya Gayo, yang dilihat dari berbagai sisi dan banyak pendekatan,” ujar Yusradi, Kamis 21 Juli 2022.

Seri perdana perbincangan sastra lisan Gayo, sambungnya, dibahas tentang kekeberen. Kekeberen merupakan salah satu sastra lisan Gayo. Saat ini, orang tua di Gayo sudah mulai kurang berkekeberen. Sebaliknya, sudah digantikan televisi dan gawai. Anak-anak juga sudah mulai kecanduan nonton TV dan gawai.

“Padahal, kekeberen penting buat pertumbuh-kembangan anak,” ujarnya.

Bicang kekeberen ini akan menghadirkan narasumber, akademisi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Takengon, Dr Asdiana MA. Asdiana merupakan peneliti kekeberen untuk tugas akhirnya, disertasi. Juga, penulis buku ‘Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Kekeberen’.

Kekeberen atau bercerita kepada anak dapat mendekatkan orang tua dengan anak. Setelah seharian beraktivitas, anak-anak sekolah, orang tua juga kerja. Pulang ke rumah, anak-anak ada yang kursus dan ikut kegiatan sekolah lainnya.

Setelah istirahat, orang tua juga masih disibukkan dengan domestik lainnya. Nyaris waktu bercengkrama dengan anak, kurang. Makanya, kegiatan kekeberen tadi, penting untuk mendekatkan orang tua dan anak.

“Biasanya, dilakukan sebelum tidur, selepas salat isa,” kata Niswati, guru MTsN 1 Aceh Tengah.

Baca Juga  Lyno Menangkan Perang Saudara di Final Guwahati Masters 2023

Menurut Niswati, kekeberen juga bisa meningkatkan kreativitas orang tua dalam berkekeberen. Kalau ceritanya itu-itu saja, anak-anak cepat bosan. Lebih-lebih, dengan aktivitas seharian di luar rumah.

Otomatis, orang tua juga perlu membaca, belajar. Sehingga makin memperkaya tema kekeberen. Termasuk, dalam penyampaian kekeberen, mesti kreatif. Biar anak tidak jenuh. Jadinya, anak malas mendengar orang tuanya bercerita.

Dilanjutkan ibu dari Azza Nurul Aida dan Suhaila Afrah, melalui kekeberen, dapat dikuatkan pendidikan agama, moral, adab, dan akhlak anak. Bisa disisipkan melalui kekeberen-keberen yang disampaikan, sehingga anak-anak berabad, berakhlak, dan beragama.

“Karenanya, kekeberen ini penting,” ujarnya.

Ditambahkan Niswati, kekeberen juga bisa meningkatkan pengetahuan keGayoan anak. Yang dikekeberkan ada juga cerita-cerita rakyat Gayo. Perbendaharaan kosa kata bahasa Gayonya, kemampuan bahasa Gayonya.

Juga pemahaman kebudayaannya juga meningkat.  Bahkan, berisi sejarah dan sosial-budaya masyarakat Gayo. Otomatis, pemahaman kegayoan anak juga meningkatkan.

“Cerita-cerita rakyat Gayo tersebut juga sarat dengan nilai-nilai pendidikan, agama, dan moral,” tegas istri Makruf ini.

Bincang Kekeberen akan digelar pada, Jumat 22Juli 2022, malam, mulai pukul 19.30 WIB, melalui Zoom Meeting dan digelar secara terbuka. Lebih lanjut, bisa diikuti melalui tautan Zoom Meeting https://us02web.zoom.us/j/86519282917?pwd=cVhrUnVXell5Yi9pdWU4aExEbjdKQT09, Meeting ID: 865 1928 2917, dengan Passcode: 004473.[andinova | red 01]

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *