KE Aceh tak lengkap rasanya jika tidak mengekplorasi satu diantara seribuan situs cagar budaya yang berdiri tegak di Tanah Rencong. Situs sejarah ini rata-rata masih terjaga dengan cukup baik.
Salah satunya yang bisa jadi pilihan yaitu Benteng Indra Patra yang dikenal memiliki banyak sejarah mulai dari sejarah kerajaan Hindu, akulturasi budaya yang masuk ke Aceh, hingga awal mula didirikannya. Benteng ini merupakan satu dari tiga benteng yang menjadi penanda wilayah segitiga kerajaan Hindu Aceh, yaitu Indra Patra, Indra Puri dan Indra Purwa.
Bangunanini juga bisa dibilang saksi bisu perjuangan Sultan kerajaan saat melawan Belanda dan Portugis. Pada zaman dahulu fungsinya digunakan untuk pusat pertahanan kerajaan saat Aceh diserang oleh penjajah.
Benteng Indrapatra merupakan situs bersejarah peninggalan kerajaan Lamuri di abad ke VII Masehi. Benteng ini berada di Desa Ladong, Kecamatan Masjid Raya. Berjarak kurang lebih 19 kilometer atau sekitar 40 menit berkendara dari pusat ibukota Provinsi Aceh yaitu Kota Banda Aceh.
Benteng Indrapatra diperkirakan telah beberapa kali mengalami pergantian fungsi. Pada awal dibangun, kemungkinan besar banteng ini difungsikan sebagai tempat ibadah atau kegiatan ritual keagamaan dan tempat bermukim raja beser takeluarga dan pembesar istana.
Setelah pengaruh Islam masuk, banteng mengalami perubahan fungsi menjadi banteng pertahanan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya komponen bangunan seperti tapalkuda yang biasanya berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan meriam.
Selain itu, Benteng Indrapatra juga dikelilingi parit yang berfung sisebagai sarana pertahan, yaitu penghambat gerakan musuh yang akan mendekati benteng. Parit keliling banyak ditemukan pada benteng-benteng di keraton di Pulau Jawa. Di keraton-keraton Jawa parit keliling ini disebut jagang dan biasanya diletakkan buaya di dalam paritnya.
Dalam bukuTarich Aceh dan Nusantara yang ditulis HM Zainuddin (1961) disebutkan, di Aceh Besar terdapat benteng yang bernama Indrapatra. Menurut buku tersebut, bangunan banteng bukan merupakan candi atau masjid. Tetapi tempat untuk menyimpan alat-alat senjata perang seperti bedil, mesin pelor, meriam, dan lainnya. Ada kemungkinan bahwa kala itu Sultan Iskandar Muda berhasil merebut Benteng Indrapatra dari tangan Portugis.
Letaknya persis di bibir pantai yang mengahadap ke laut SelatMalaka. Pada masa Sultan Iskandar Muda, benteng ini juga digunakan sebagai basis pertahanan dengan armada yang dipimpin Laksamana Malahayati.
Ada dua benteng yang masih berdiri kokoh hingga sekarang di situs sejarah ini. Benteng utama berukuran 70×70 meter dengan ketinggian 4 meter dan ketebalan sekitar 2 meter. Pada bagian lain juga terdapat lubang pengintai yang menghadap ke laut. Di dalam benteng terdapat dua bangunan yang berbentuk kubah, yang di dalamnya terdapat sumur.
Arsitektur Kuno
Menurut catatan, bahan bangunan yang berarsitektur kuno ini terdiri dari susunan batu gunung, kapur, tanah liat, kulit kerang dan telur. Hingga saat Benteng Indrapatra masih berdiri kokoh. Selain menyimpan nilai sejarah yang tinggi, benteng ini juga memiliki keindahan tersendiri. Di mana letaknya yang berada di pinggir pantai yang indah.
Selain itu Benteng Indra Patra memiliki lahan yang lumayan luas. Sejauh mata memandang tampak rumput dan pohon hijau yang mengelilingi bangunannya. Semua tanaman tersebut menambah kecantikan tempatini. Kebersihannya pun selalu diper hatikan petugas setempat, hal ini bisa dilihat dari tidak adanya sampah yang tercecer.
Saat anda menapakan kaki disini akan merasakan udara yang sejuk. Tidak heran jika benteng tersebut banyak dijadikan tempat rekreasi keluarga. Pada area sekitar ada tulisan sejarah benteng yang dapat anda baca. Namun, ingat jangan sampai merusak bangunan di dalamnya meskipun pengunjung boleh menyentuhnya.
Lokasi banteng ini juga sangat strategis yang menghadap langsung ke arah pantai menambah kecantikan tempat ini. Traveller bisa memanjakan mata dengan melihat air lautnya yang berwarna biru muda. Selain itu beberapa pohon kelapa juga menjadi pemandangan yang indah.
Pemandangan tersebut membuat areanya terlihat asri. Saat siang pun tidak akan terasa panas terik karena pengunjung dapat berteduh diantara pohon-pohon yang ada. Pengunjung yang berlibur dijamin tidak akan merasa bosan saat berada berlama-lama disini.
Benteng ini juga terbilang estetik dan klasik yang membuatnya banyak dijadikan spot foto menarik. Apalagi saat cuaca sedang cerah akan membuat foto anda semakin bagus.
Jika pengunjung berfoto di bagian atas tangganya, Nampak pemandangan pantai yang cantik. Maka dari itu sebelum berkunjung disarankan untuk membawa kamera atau ponsel untuk mengabadikan momen selamaber libur di Aceh.[ADV]
Respon (1)