halaman7.com – Jakarta: Sejumlah tokoh nasional yang selalu hangat jadi pembicaraan publik seperti Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, Presiden Joko Widodo, Capres Prabowo Subianto, Capres Anies Baswedan, dan lain-lain bakal hadir dan bertemu di Museum Nasional, awal November 2022.
Dalam gelar syukur perupa, jurnalis dan penyair Yusuf Susilo Hartono (YSH), mengangkat tema Among Jiwo: Retrospeksi 40 Tahun Berkarya.
Kehadiran dan pertemuan para tokoh tersebut, tidak luring, melainkan dalam bentuk lukisan-lukisan pada kanvas kreasi YSH. Jokowi dan Mega digambarkan seperti buraq. Karena “kecepatan” mantan Walikota Solo itu, melesat dari Gubernur DKI Jakarta, lalu pejabat partai itu menjadi Presiden RI.
Tentu saja, berkat “kesaktian” Megawati. Sedangkan Prabowo tampil gagah naik kuda. Dan Anis Baswedan, digambarkan sebagai “Si Pangeran Biru”.
Karya-karya itu menjadi bagian dari karya YSH berjumlah sekitar 200 karya berbagi ukuran dan medium, yang dipilih oleh kurator Dr.Anna Sungkar, dan dipajang 9-13 November, di Gedung B, Museum Nasional.
Digelar Yayasan Duta Indonesia Maju pimpinan Lisa Ayodhia, dengan dukungan Museum Nasional, Jakarta Konsaltindo (Jakkon) dan ArtMedia. Karya tersebut, pilihan dari ribuan karya YSH sejak 1982 sampai sekarang.
Karyanya sebanyak itu merupakan hasil goresan mantan guru, sejak masih tinggal di kota kelahirannya Bojonegoro, Jawa Timur, hingga hijrah ke Jakarta 1986 sampai sekarang.
Dirjen Kebudayaan Hilman Farid mengatakan setelah 40 tahun berkarya, Yusuf adalah saksi nyata transformasi kebudayaan di Indonesia. Mulai dari era Orde Baru, awal Reformasi hingga pemerintahan Presiden Joko Widodo.
“Dalam arti pameran ini juga menjadi semacam penghargaan bagi sang ‘perupa tiga zaman’ yang telah mendedikasikan dirinya, hidupnya, serta daya kreativitasnya di bidang seni rupa. Juga jurnalistik dan sastra,” Hilman, Senin 31 Oktober 2022.
Kurator Dr Anna Sungkar menambahkan, dalam pameran ini mantan wartawan seni Surabaya Post di Jakarta dan Pemred Majalah Visual Art akan menampilkan karya-karya seni rupa dalam bentuk sketsa, drawing, lukisan hingga instalasi.
Selain itu juga artefak dan memorabilia jurnalistik dan sastra (puisi) berupa buku-buku karyanya, klipping. Hingga berbagai peralatan yang pernah dipakai bekerja pada era manual hingga digital.
Seperti mesin ketik, kamera, tape recorder, kaset rekaman, pager, telpon genggam. Hingga laptop model awal, dan kartu pers.
Pameran dibuka untuk undanan khusus pada 9 Nopember 2022, dan terbuka umum 10-13 November 2022, dari pukul 09.00 – 18.00 wib. Disela pameran akan digelar diskusi dengan pembicara pengamat seni rupa Agus Dermawan T, Bambang Bujono, kurator. YSH akan memberikan klinik sketsa.
Bagi Anna Sungkar, karya-karya Yusuf merupakan catatan perjalanan hidup, kesan-kesan, renungan, pemikiran, dan respons atas masalah sosial yang sedang berkembang pada suatu waktu.

Ketika mendokumentasikan pengalamannya dalam suatu perjalanan, ia mengabadikannya dalam sejumlah sketsa.
Sehingga kita melihat karya-karya seperti “Tembok Cina”, “Beijing”, “Harajuku”, “Brisbane”, “Prambanan”, dan “Borobudur”.
Demikian pula ketika merekam peristiwa Reformasi tahun 1998 (Demo mahasiswa di DPR) ia melukiskannya dengan detail sehingga pantas menjadi dokumen sejarah perjalanan bangsa Indonesia.[ril | red 01]

















