Catatan: Antoedy
TUMPUKAN sampah rumah tangga di wilayah Pemko Langsa semakin hari semakin mengganas. Sampah sampah tersebut terkadang hingga menjelang siang saban harinya akhir-akhir ini belum terangkut petugas dan armada sampah DLHK.
Dari hari kehari, sampah sampah ini bagai menjadi pemandangan rutin di kota berjuluk jasa dan perdagangan ini.
Ibarat pertandingan sepakbola, petugas kebersihan dan armada sampah DLHK Langsa sebagai bek pertahanan terpaksa harus bertahan. Menerima gempuran striker atau penyerang lawan dalam hal ini pembuang sampah.
Kapten kesebelasan DLHK (di ibaratkan kepala dinas) tak mampu memotivasi dan mengomandoi para pemainnya. Untuk balik menyerang atau mengangkut sampah tersebut dengan cepat ke TPA atau tempat penampungan akhir sampah.
Alhasil , permainan bertahan terpaksa dilakukan DLHK. Guna menghadapi gempuran lawan atau sampah sampah tersebut.
Penjaga gawangnyapun sebagai benteng terakhir, bersikap pasrah. Namun tak rela atas gelombang serangan sampah bertubi tubi tersebut.
Akibat permainan tak berimbang, plus diperparah sepatu (diibaratkan alat-alat pengangkut sampah) dan kenderaan angkut sampah yang tak sebanding dan terkadang banyak rusak. Membuat penonton dalam hal ini (diibaratkan masyarakat/netizen) ramai berkomentar. Mengkritik permainan tim kesayangan mereka yang terus bertahan dan dibombardir lawan.
Sementara sang pelatih, seolah tak bisa berbuat banyak. Seperti menemui jalan buntu. “Sampah ini, sebelum saya menjadi pelatih baru juga tetap ada dan jadi persoalan,” sebutnya seperti tak habis pikir.
Seolah tak rela timnya kalah. Masyarakat dan netizen juga mengkritik para pemain cadangan dalam. Hal ini diibaratkan gampong di bawah komando pak geuchik.
Kalau pemain cadangan juga tak dapat diandalkan. Maka kekalahan menjadi nestapa berkepanjangan bagi tim kebanggaan masyarakat Langsa ini (DLHK dan punggawa punggawa kebersihannya).
Piala Adipura yang sudah diraih, siap-siap lepas dari genggaman. Buntutnya sang pelatih siap-siap dicopot.[]
penulis, wartawan halaman7.com di Langsa