halaman7.com – Banda Aceh: Sebanyak 69 imigran Rohingya kembali terdampar di pesisir pantai Gampong Ujong Keupula, Kemukiman Lampanah, Kecamatan Seulimeum, Kabupaten Aceh Besar, Kamis 16 Februari 2023, sekitar pukul 10.00 WIB.
Kabid Humas Polda Aceh, Kombes Joko Krisdiyanto membenarkan ihwal ada bot kayu berukuran 15×4 meter beserta 69 penumpang yang merupakan imigran Rohingya terdampar di Lampanah.
Jumlah tersebut, kata Kombes Joko, terdiri dari laki-laki dewasa 26 orang. Perempuan dewasa 23, dan anak-anak 20 orang.
Saat ini, imigran Rohingya itu masih berada di pantai Gampong Ujung Keupula untuk dilakukan pendataan. Pengecekan kondisi oleh aparat kepolisian, Dinas Sosial Aceh Besar, dan Muspika Seulimeum.
Selanjutnya akan dibawa ke tempat penampungan di UPTD Dinas Sosial di Ladong. Untuk ditindak lanjut oleh IOM dan UNHCR.
Secara terpisah, Pj Bupati Aceh Besar, Muhammad Iswanto SSTP MM, mengatakan, setelah menerima laporan dari staf serta pihak terkait tentang keberadaan pendatang ilegal itu.
Pj Bupati segera membangun komunikasi dengan pihak atasan. Dalam hal ini Pemerintah Aceh, juga dengan pihak Kantor Imigrasi. Hingga dengan jajaran Forkopimda Aceh Besar, serta juga perwakilan IOM dan UNHCR di Aceh.
“Kita juga menugaskan Pak Sekda Aceh Besar untuk turun langsung ke lapangan, guna memastikan keberadaan para pendatang ilegal itu,” tutur Iswanto.
Karena Pemkab Aceh Besar tidak memiliki fasilitas penampungan. Para pendatang yang jelas jelas tidak dilengkapi dokumen ala pengunjung legal antar negara itu. Akhirnya diboyong ke UPTD Dinsos di Ladong Kecamatan Mesjid Raya. Saat ini di lokasi itu juga sudah ada pendatang gelap Rohingya, yang terlebih dahulu menyusup ke pesisir Aceh Besar.
Sementara itu, T Niazi (61 tahun) salah seorang tokoh masyarakat di Lampanah mengakui adanya pendaratan pendatang ilegal itu.
Menurutnya, pendaratan ilegal itu sebenarnya tak perlu terjadi. Jika para nelayan yang melihat kapal ilegal itu, segera melapor ke panglima laot atau pihak terkait dengan keamanan pesisir pantai.
Dengan cara itu, tentu tidak ada lagi terjadi kecolongan. Karena mereka tidak memiliki dokumen apapun. Selain itu, juga rentan dengan penyebaran penyakit yang bisa jadi akan berdampak masiv.
“Jujur saja kami khawatir dengan kedatangan orang orang yang jelas jelas tak berdokumen serta dari negeri yang punya kultur dan budaya jauh berbeda dengan kita, termasuk soal kesehatan. Kami berharap hal serupa tak terjadi lagi di masa mendatang,” kata T Niazi.[ril | Antoedy | red 01]


















