halaman7.com – NTT: Gempa magnitude (M) 6,0 mengejutkan warga Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) dan Timor Tengah Selatan (TTS), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa 25 Juli 2023.
Gempat yang berada di kedalaman 75 km itu terjadi pada pukul 08.25 waktu setempat atau Waktu Indonesia Bagian Tengah (Wita). Pusat gerakan bumi berada 74 km barat laut TTU.
Episentrum yang berada di laut tidak berpotensi tsunami. Laporan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten TTU menyebutkan warga merasakan guncangan dengan intensitas sedang.
Getaran berdurasi pendek 1 hingga 3 detik di rasakan warga setempat. Petugas BPBD melakukan pemantauan di wilayahnya. Informasi saat gempa terjadi, warga sempat panik dan bergegas keluar rumah.
“Guncangan terasa di sebagian wilayah Timor Tengah Utara. Sejauh ini dampak atau kerugian akibat gempa belum ada yang melapor,” ujar Yosefina dari BPBD TTU melalui pesan singkat.
Sementara itu, BPBD Kabupaten TTS juga menginformasikan warga panik dan berhamburan keluar rumah. Guncangan dirasakan sedang sekitar 1 hingga 3 detik.
Abdul Muhari PhD, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB mengatakan, berdasarkan intensitas gempa yang diukur dengan skala Modified Mercalli Intensity (MMI), wilayah Kefamenanu, Soe, Alor dan Maumere, Larantuka, Waingapu pada II-III MMI. Lembata III MMI, Kupang, Ende dan Atambua II MMI.
Parameter Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika pada skala III MMI mendeskripsikan adanya getaran dirasakan warga di dalam rumah dan terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu.
Dikatakan, wilayah Kabupaten TTU dan TTS memiliki potensi bahaya gempa bumi dengan kategori sedang hingga tinggi. Berdasarkan analisis inaRISK, sebanyak 24 kecamatan di Kabupaten TTU berada pada potensi tersebut, sedangkan 32 kecamatan di TTS.
Menyikapi potensi bahaya gempa, lanjut Abdul Muhari, BNPB mengimbau pemerintah daerah dan warga untuk selalu siap siaga. Salah satunya warga dapat memastikan struktur bangunan tetap dalam kondisi baik saat ingin kembali ke rumah pascagempa.
“Di samping itu, warga diharapkan tidak terpancing berita palsu atau hoaks yang mungkin beredar di saat krisis atau pun bencana,” ujar Abdul Muhari dalam siaran persnya.[ril | red 01]