halaman7.com – Banda Aceh: Dinamika politik penentuan koalisi dan Bakal calon Walikota/Wakil Walikota Banda Aceh semakin dinamis dalam lobi-lobi politik yang kebingungan.
Akademisi Unaya, Dr Usman Lamreung menilai, partai politik beserta elitnya masih saja melakukan lobi-lobi politik, masih sangat dinamis. Belum ada sebuah keputusan yang searah lahirnya sebuah koalisi yang utuh.
Partai Nasdem jauh hari sudah merekomendasi kadernya dengan mengusung Teuku Irwan Johan, namun hingga saat ini, belum ada siapa Wakilnya. Masih terus dilakukan proses komunikasi politik lintas partai.
Penentuan Wakil memang dibutuhkan kajian politik, sumberdaya manusia, dan popularitasnya. Memilih wakil yang tepat juga bisa mendongkrak popularitas dan dukungan lebih luas dari masyarakat.
Biarpun sebenarnya wakil setelah terpilih tidak punya peran politik yang kuat dalam pemerintahan. Namun diawal punya pengaruh yang besar secara politik dalam mendongkrak elaktabilitas.
“Maka wajar saat ini Teuku Irwan Johan belum menentukan siapa pendampinya, masih menjajaki komunikasi politik lintas partai politik seperti dengan demokrat, PAN, dan lainnya,” ujar Usman Lamreung, Sabtu 10 Agustus 2024.
Selanjutnya, ulas Usman, Partai Amanat Nasional yang mengusung Aminullah Usman, sebulan yang lalu sudah mendeklarasikan bakal calon wakilnya Afdhal Khalilullah. Namun tidak berlanjut, bisa saja belum tuntas pembicaraan koalisi, sehingga tak berlanjut.
Saat ini PAN Banda Aceh sudah menjalin komunikasi dengan Ketua Partai Demokrat Isnaini. Sepertinya komunikasi politik sudah ada arah kesepakatan dan malah sudah ada titik kesepakatan koalisi dengan beredarnya flayer calon Walikota Aminullah Usman dari PAN dan Wakil Walikota Isnaini dari Demokrat.
Biarpun beredarnya flayer, sepertinya masih belum ada keputusan secara politik kedua partai tersebut, belum ada deklarasi. Artinya bisa saja berubah dan dinamis. Apalagi banyak menuver politik internal partai politik mengolkan calon-calon yang didukung.
Pasangan Aminullah dan Isnaini belum final dan memungkinkan secara politik ada kesepakatan koalisi, maka akan berdampak pada bakal calon lain yaitu Illiza Sa’adduddin Djamal.
Menurut Usman, Illiza kabarnya juga minta dukungan dan rekomendasi melalui Demokrat. Bila jadi terbangun koalisi PAN-Demokrat, sangat tipis peluang Illiza mulus menjadi calon Walikota. Kecuali Illiza bangun koalisi dengan partai lainnya seperti PKS, Golkar, Gerindra, dan lainnya.
PKS Banda Aceh hingga saat ini belum menentukan apakah merekomendasi kadernya atau berkoalisi dengan partai lain. Sepertinya PKS sudah banyak didekati para calon dan partai politik lain. Misalnya Illiza sudah membangun komunikasi, namun belum ada kesepakatan PKS dan Illiza (PPP) sepakat untuk berkoalisi.
Lima tahun terakhir PKS sudah berkoalisi dengan demokrat, PAN, tinggal melanjutkan dan serius tiga partai ini bangun kembali koalisi bersama. Bila ini berlanjut, akan menjadi kekuatan, berpotensi bersaing ketat dengan Nasdem Teuku Irwan Johan.
Atau sebaliknya Nasdem, PKS dan Demokrat memungkinkan juga berkoalisi. Koalisi ini bisa saja terjadi bila terakomodir kepentingan bersama dan kepentingan tiga partai tersebut.
Hari-hari kedepan masyarakat akan disuguhi berbagai perkembangan politik dalam penentuan koalisi dan bakal calon Walikota/Wakil Walikota. Tentu koalisi yang dibangun partai politik lebih pada kepentingan partai, kekuasaan, dan kemenangan merebut kekuasaan kursi kota satu,.
“Bukan koalisi untuk kepentingan rakyat,” beber Usman dalam analisis tajamnya.[ril | red 01]