halaman7.com – Banda Aceh: Jelang akhir debat kandidat calon gubernur ke 2 yang diselenggarakan KIP Aceh, Jumat 1 Nopember 2024, malam. Calon gubernur Aceh nomor urut 02 mempertanyakan, cara mengatasi korupsi berjemaah, dengan menyinggung masalah kasus korupsi wastafel yang saat ini sedang dalam menjalani persidangan di pengadilan Tipikor Banda Aceh.
Menanggapi masalah ini, yang konon di persidangan menyinggung nama calon gubernur nomor urut 01, Bustami Hamzah. Ditanggapi dengan santai, seakan tanpa beban sedikitpun, oleh Bustami Hamzah yang akbab disapa Om Bus.
“Ini pertanyaan yang saya tunggu-tunggu,” ujar Bustami.
Om Bus menyatakan, berulang kali sudah Ia sampaikan, mari hormati proses hukum yang sedang berjalan saat ini. Jangan sekali-kali, masalah politik ditarik ke ranah hukum, itu tak akan ketemu.
“Ayo kita saling menghargai dan menghormati, bagi saya, santai aja bro,” ujar Bustami yang malam itu mengenakan pakaian kemaja putih dan celana hitam dilengkapi peci dikepala Bersama calon wakil gubenur, Tgk Fadhil Rahmi.
Mendengar jawaban ini, pasangan calon gubernur dan wakil gubernur, Muzakir Manaf (Mualem)-Fadhullah (Dek Fadh), terlihat saling tos tangan dan tersenyum, tak tau maksudnya apa.
Melihat pemandangan itu, Om Bus, tetap melanjutkan penjelasannya, dengan mengatakan, kalau ditanya masalah mengatasi korupsi, itu bisa diawali dari mintset. Semua harus berkomitmen yang sama untuk membasmi korupsi.
“Korupsi ini adalah sebuah dinamika yang sudah menyala, diseluruh republik ini,” ujar Om Bus.
Menanggapi jawaban tersebut, Mualem menyatakan, pihaknya percaya penuh kepada Polisi dan jaksa dalam mengadili beliau-beliau, siapa yang terlibat.
Dek Fadh yang menimpali menyatakan, ke depan, jika terpilih memastikan akan mengatasi mafia anggaran di pemerintah ini. Tentang korupsi berjemaah ini, akan bekerjasama dengan KPK ke depan.
“Kami ingin mewujudkan, pemerintah Aceh yang bersih ke depan,” ujar Dek Fadh.
“Ini kan versinya mereka, yang bisa memvonis bersalah atau tidak, itu hakim. Kita harus hormati itu,” OM Bus beri tanggapan.
Dikatakan, jika takdir Allah, mereka ditakdirkan memimpin Aceh, akan mengajak semua komponen anak bangsa di Aceh, termasuk KPK dan LSM maupun pengiata sosial.
Jangan hanya berwacana, hanya menuduh, membawa sesuatu yang bukan ranahnya, bukan disini. Disini tempatnya menjual gagasan, ide. Bukan meneror pribadi. Ini yang harus dimaknai Bersama terlebih dahulu.
“Jangan karena beda pilihan, kita bermusuhan. Kita disini semua bersaudara,” ujar Om Bus dengan nada agak tinggi.[andinova | red 01]