halaman7.com – Banda Aceh: Kembali satu lagi pemuda Gayo, asal Kampung Mulei Jadi, Kecatamatan Silih Nara, Kabupaten Aceh Tengah, Dwi Putra Darma, terpantau jadi korban perdagangan orang di Kamboja.
Informasi ini diketahui berawal dari seorang Komisioner Baitul Mal Aceh Tengah, Abdul Aziz yang memberitahukannya ke seorang warga Gayo yang kini sedang berada di London, Inggris, Yusradi Usman al-Gayoni.
“Tentang pekerja Migran Indonesia (PMI) korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) asal Kabupaten Aceh Tengah ini, saya dapat kabar, 23 Oktober lalu,” ujar Yusradi Usman al-Gayoni, Diaspora Indonesia-Inggris melalui pesan WhatsApp dari London, Minggu 26 Oktober 2025.
Disamping itu, ungkapkan Inisiator World Gayonese Community (Diaspora Gayo Dunia) ini, ada juga kasus baru, warga Aceh Tengah, berjenis kelamin perempuan, domisili Kecamatan Atu Lintang, yang jadi korban TPPO di Malaysia.
“Dengan tambahan dua kasus baru ini, sejauh ini, ada tiga kasus TPPO asal Aceh Tengah. Ini yang terdata. Kemungkinan, masih ada yang belum terdata,” sebutnya.
Menurut Yusradi, kalau ada korban seperti ini, korban dan keluarganya, tak tahu mengadu ke mana.
“Mirisnya, jalan tiga bulan setengah sejak kasus pertama, saya melihat, masih belum ada langkah responsif, cepat, nyata, dan berkesinambungan dari Pemkab Aceh Tengah. Padahal, sudah kasus ketiga dan kemungkinan masih ada yang belum terungkap<’ ujar Yusradi.
Dikatakannya, tidak hanya layanan pengaduan, Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah melalui Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja Aceh Tengah juga didorong untuk melakukan edukasi terus menerus terkait PMI Aceh Tengah yang mau berkerja ke luar negeri, khususnya ke negara Asean yang kerap terjadi TPPO.
Di luar itu, bagaimana Pemkab Aceh Tengah berusaha menciptakan lapangan kerja di daerah, dengan menghadirkan investor dan memperbanyak kerjasama dengan pihak luar.
Persoalan utama sampai PMI asal Aceh Tengah ke luar, karena terbatasnya lapangan kerja di Aceh Tengah. Banyak yang tamat sekolah dan perguruan tinggi, akhirnya menganggur. Karena minimnya lapangan kerja di Tanoh Tembuni.
“Di sisi lain, tidak semuanya yang tamat sekolah dan kuliah, bisa bertani (berume, berempus, besenuen mude, dan begule),” tuturnya.
Untuk jangka panjang, terangnya lagi, entrepreneurship juga mesti dikuatkan. Alhasil, lahir pengusaha-pengusaha baru, yang ikut menciptakan lapangan kerja dan mengurangi pengangguran di daerah.
“Lagi-lagi, ini tidak terlepas dari peran Pemkab Aceh Tengah, dengan dukungan DPRK Aceh Tengah,” harapnya.[ril | andinova]

















