Di Aceh Tengah Pasar Masih Lumpuh, Harga Menggila, Distribusi Bantuan Kacau

Beras jatah yang dibagikan ke warga dampak bencana di Aceh Tengah.[FOTO: h7 - dok warga]

halaman7.com – Aceh Tengah: Hingga pekan ketiga bencana hidrometrologi menlanda 18 kabupaten/kota di Aceh, sebagain aktivitas masyarakat, termasuk pasar masih lumpuh karena masih belum mampu dipulihkan secara normal.

Kodisi ini juga terjadi di Kabupaten Aceh Tengah, dimana hingga saat ini, Sabtu 20 Desember 2025, aktivitas pasar masih lumpuh. Kalaupun ada pedagang yang berjualan, masih bisa dihitung dengan jari. Bahkan, yang lebih banyak warga yang berjulan kebutuhan tersebar di banyak titik.

Seorang warga Aceh Tengah, Jelita (50 tahun) mengaku sampai saat ini, masyarakat masih sangat kesuitan mencari kebutuhan pokok. Kalaupun ada harganya selangit dan suit dijangkau sampai saat ini.

“Kondisi keuangan warga pada umumnya, makin melemah, untuk bisa beli kebutuhan pokok yang harganya mencekik leher,” ujar Jelita yang dihubung via telepon selular.

Menurtnya, dibandingkan di pasar resmi, banyak orang berjualan di pinggir-pinggir jalan. Yang bahan dagangannya dibawa dan diambil dari wilayah Lhokseumawe dengan cara berjalan kaki menembus jalan berlumpur dan licin lewat jalan lintas KKA, Bener Meriah.

“Melihat perjuangan masyarakat yang mencari kebutuhan dengan berjalan kaki ke Lhokseumawe wajar saja harganya sangat mahal. Ironisnya, Pemerintah daerahpun seakan tutup mata soal ini,” ujar ibu tiga anak ini.

Cerita pilu juga di lontarkan, Arman warga Kemili, Aceh Tengah, yang mengaku hingga hari ke 21 bencana ini, di daerahnya pembagian beras bagi warga terdampak sangat menyedikan. Dimana di Kemili warga hanya mendapat jatah per kepala sebanyak 3 ons beras.

Kondisi ini tidak jauh beda di Kampung Belang Kolak dimana per 1 Kepala Keluarga (KK) dapat jatah  1,2 kg. Bayangkan saja, jika per KK itu ada 4 jiwa. Beras 1 kg lebih itu hanya untuk kebutuhan satu hari saja.

Baca Juga  Lima Penyebar Hoaks Naiknya Air Laut saat Musibah Banjir Ditangkap Polisi

“Katanya stok beras kita aman pak bupati, menurut bapak dengan beras sebanyak itu, berapa bulan kita akan makan,” ujar Arman mengkritisi pernyataan bupati setempat soal stok beras.

“Emang menurut bapak ini kami warga Takengon ini ayam peliharaan yang bisa dikasih makan per genggam per hari,” cercanya agi.

Dikatakan, hal ini disampainnya, bukan karena ingin mengeluh dengan keadaan dan kondisi saat ini. Namun, hendaknya, lanjut Arman, pemerintah daerah harus punya empati terhadap masyarakatnya.

“Jangan saat PIlkada saja, pandai mengambil hati rakyat, setelah jadi tak mau tau penderitaan rakyat,” gerutu Arman.[andinova | red 01]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *