Jangan Bercanda dengan Bencana, Gak Lucu Bro..!

BENCANA alam banjir, banjir bandang, tanah longsor yang melanda Aceh dalam sepakan teakhir ini membuat kesengsaraan masyarakat yang tidak akan hilang dalam hitungan hari, sehari, dua hari saja.

Luka dan nestapa masyarakat Aceh yang berada dalam lingkaran bencana saban saat datang dan pergi. Mulai dari gempa dan tsunami Aceh, gempa Gayo, Gempa Pidie Jaya, banjir dan longsor nyaris setiap tahun terualang.

Pada akhir Nopember 2025, bencana alam Hidrometeorologi, telah memporak porandakan 18 kabupaten/kota di Aceh. Hingga Minggu 30 Nopember 2025, Basarnas Banda Aceh telah mencatat 100 orang meninggal dunia dari berbagai kabupaten di Aceh, akibat bencana tersebut.

Belum lagi kerusakan sarana dan prasarana, mulai dari jalan, jembatan, rumah sekolah, mushala bahkan ratusan ribu rumah penduduk hanyut tak berbekas di hantam banjir dan tanh longsor.

Tidak sampai disitu saja, sejumlah daerah seperti wilayah dataran tinggi Gayo, mulia dari dari kabupaten Bener Meriah, Aceh Tengah, Gayo Lues, serta daerah pedalaman Aceh Singkil sempat terisolir selama 5 hari.

Jalur tranportasi putus, akses komunikasi dan listrik (PLN) padam, hingga ancaman kelaparan mulai menghantui warga sekitar yang terisolir.

Di tengah penderitaan yang mendalam masyarakat Aceh ini, oleh segelintir orang yang tak bertanggung jawab menjadikan bahan candaan yang sebenarnya tidak lucu dan menarik sedikitpun, yang ada hanya menimbulkan rasa traumtik yang berkepanjangan bagi masyarakat.

Candaan yang tidak lucu itu dengan meyebarkan informasi bohong alias hoaks di berbagai platform media sosial (Medsos). Seperti mendramatisir jumlah korban jiwa akibat banjir Aceh mencapai 500 orang.

Belum lagi yang terbaru adanya orang iseng yang menghembuskan air laut naik seperti di kawasan Ulim, Pidie Jaya dan Jeunib, Kabupaten BIreuen. Akibtanya, masyarakat yang pernah trauma naiknya air laut pada saat tsunami dan belum pulih trauma banjir raya, berhamburan mencari keselamatan di malam hari, hingga menimbulkan rasa panik.

Baca Juga  Peran Media dalam Membentuk Opini Publik

Lalu apakah ini bisa membuat sang provokator senang dengan menghembuskan hoaks tersebut. Atau ini cara lain mencari cuan di zaman digital saat ini, dengan menjadikannya konten di Medsos.

Sungguh hina dan kejam bin sadis caranya kerjanya, untuk menghasilkan cuan di Medos harus mengorbankan orang lain yang sedang sengsara.

Cara-cara seperti ini tak bisa dibiarkan, aparat penegak hukum (APH) harus bisa bertindak cepat dan tegas. Para  orang yang tak bertanggungjawab ini bisa diarahkan keranah hokum dengan bidikan UU ITE, dengan alasan menyebarkan berita hoaks.

Disisi lain, media juga jangan latah untuk ikut membesar-besarkan informasi yang belum tentu kebenarannya, tanpa cros chek fakta dan data di lapangan secara valid. Semua informasi yang disebar masyarakat harus benar-benar bisa disaring dengan saring halus, hingga media tidak menjadi agen propaganda hoaks yang bisa makin menyengsarakan masyarakat.

Marilah sama-sama bijak ber-Medsos dan juga menjadi media bijak yang pro kesengsaraan masyarakat dalam hal pemberitaan.

Satu lagi yang kiranya perlu diingat, para tokoh, akademisi, pejabat juga jangan banyak bicara dengan memberi statement di media yang tidak perlu, seakan mau cari panggung yang sama sekali tidak populis. Sedangkan anda sendiri tidak bisa atau mampu berbuat apa-apa dalam berkonstibusi dalam hal penanganan banjir ini. Istilahnya dengan meminjam istilah, jangan No Action Takl Only (NATO} lah.

Sekali lagi, jangan bercanda dengan bencana. Gak lucu bro.[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *