Nelangsa Tsunami dalam Hempasan Banjir Raya

ilustrasi.[FOTO: h7 - dok AI]

Pembaca halaman7.com yang berbahagia dan Senantiasa dalam lindungan Allah SWT

21 TAHUN silam, gempa dan tsunami Aceh yang terjadi pada 26 Desember 2004 masih menjadi kenangan yang sangat menyakitkan bagi masyarakat Aceh dan Indonesia. Bencana alam ini membawa dampak yang sangat besar, tidak hanya secara fisik tapi juga secara emosional dan psikologis.

Hari ini, tepat 21 silam gempa dan tsunami Aceh, elegi yang belum menghapus air mata, bencana banjir Raya kembali menguras air mata masyarakat Aceh. Sungguh nelangsa yang tiada tara, saat air mata tsunami belum habis terseka, derah air ata kembali tumbah di bumi serambi mekah, dari cerita banjir raya nan dahsyad.

Pada hari itu, MInggu 26 Desember 2024, gempa bumi berkekuatan 8,9 SR mengguncang Aceh. Memicu tsunami yang melanda pesisir pantai Aceh dan beberapa negara di Asia Tenggara. Lebih dari 130.000 orang tewas, dan jutaan lainnya kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian.

Namun, dari kesedihan itu, Aceh bangkit kembali. Masyarakat Aceh menunjukkan kekuatan dan ketangguhan yang luar biasa dalam menghadapi bencana. Mereka bekerja sama untuk membangun kembali rumah, infrastruktur, dan ekonomi.

Sekarang, 21 tahun kemudian, Aceh telah berubah menjadi lebih baik. Kota-kota yang dulu hancur telah dibangun kembali, dan ekonomi Aceh mulai tumbuh. Namun, bencana alam tidak pernah berhenti. Pada 25 Nopember 2025 lalu, Aceh kembali dilanda bencana banjir raya dan longsor yang meluluhlantakan 18 kabupaten/kota.

Bencana ini mengingatkan kita bahwa Aceh masih berada di zona rawan bencana. Namun, kita juga melihat bagaimana masyarakat Aceh tetap kuat dan tangguh dalam menghadapi kesulitan. Mereka telah belajar dari pengalaman sebelumnya dan siap menghadapi tantangan baru.

Baca Juga  S a l am 7

Bagaimana bisa bangkit dari kesedihan bencana saat ini? Pertama, kita harus mengakui dan menerima kesedihan itu. Kemudian, kita harus bekerja sama untuk membangun kembali dan memulihkan diri. Masyarakat Aceh telah menunjukkan dengan kekuatan dan ketangguhan, kita bisa mengatasi kesulitan.

Kita juga harus memperhatikan aspek psikologis dan emosional dalam menghadapi bencana. Dukungan dari keluarga, teman, dan komunitas sangat penting dalam proses pemulihan.

Dalam mengenang 21 tahun gempa dan tsunami Aceh, kita harus belajar dari pengalaman dan memperkuat kesiapan kita menghadapi bencana banjir raya ini. Kita harus bekerja sama untuk membangun Aceh yang lebih kuat dan tangguh.

Apa yang bisa kita lakukan untuk membantu pulihkan Aceh saat ini, lakukanlah..! Tak perlu retrorika di mimbar rapuh. Karena Aceh tak butuh celoteh tak bertepi.[h7]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *