Aceh  

Lebih Sakit Digigit Nyamok Kureng daripada Disuntik…

halaman7.com – Banda Aceh:Lebih sakit digigit kepinding atau nyamuk kureng/belang daripada disuntik vaksin”.

Begitulah perumpamaan yang disampaikan Adnan NS, tokoh pers Aceh usai disuntik vaksin Covid-19, Rabu 24 Maret 2021.

“Digigit nyamuk bisa bentol-bentol. Suntikan vaksin tanpa bekas apapun,” tambah Adnan.

Awalnya, Adnan mengaku, ngeri-ngeri sedap mendengar ocehan orang. Ternyata yang ngoceh itu ketakutan sendiri membayangkan ceritanya. Sementara yang suka ngoceh itu belum pernah divaksin sama sekali.

Dikatakan, ia didampingi Bendahara PWI Aceh, Azhari untuk memberikan support moral dan diantar putranya, Deni Riayatsyah Putra. Mereka kawatir, mana tahu tumbang.

“Kata Azhari, saya ikut Bang. Sambil meliput senior pers. Kalaupun abang jatuh, kan ada saya,” ujar Azhari sambil tertawa.

Menurut Mantan senator asal Aceh ini,  awalnya sempat pasrah saja. Kalaupun sakit hanya sekejap saja. Daripada terserang Covid-19 seperti si… (Menyebut nama wartawan yang sempat terkena Covid-19).

Cewek Bentangan Lembut
“Eeee,…..ternyata tidak seperti dibawangkan. Meubacut hana saked. Hana sigo tiet kalheuh. Apalagi saat disuntik vaksin perawat cewek bertangan lembut dan mengawali dengan bacaan bismillah,” ujar Adnan.

Sebelum disuntik, tangannya disuruh lembutkan. Lalu terasa dingin di bekas jarinya. Lansung terasa jarum menyentuh kulit mengirim vaksin hanya satu sampai dua detik dan selesai sudah.

Tangan masih bertahan seperti semula. Adnan terpikir belum  selesai.

“Sudah pak kata perawat itu. Baru saya bangkit dari kursi. Saya tidak yakin sudah selesai. saya tanya sama mereka, betulkah sudah atau kalian mempermainkan saya. Mereka jawab sudah Pak. Lalu saya suruh suntik lagi, supaya jangan bolak-balik kedua kalinya. Tapi tak diperbolehkan. Bapak harus balik pada 23 April mendatang. Tidak boleh sekarang, jelas perawat RSIA ini,” kisah mantan Ketua PWI Aceh ini.

Baca Juga  Korban Kebakaran dapat Bantuan Masa Panik

Setelah divaksin, Adnan berkesimpulan. Heboh dan traumatis terhadap vaksin ini lebih besar pengaruhnya psyshichis, daripada sakitnya. Andailan ia tidak mencoba, maka tidak bisa berbagi cerita manis ketimbang traumatis.

“Saya nekat mencoba karena rencana vaksin massal yg dianjurkan PWI Pusat untuk Aceh belum ada kepastian. Sementara saya masih bermobilitas tinggi ini juga sangat takut terserang pandemik covid yang masih menghantui kita,” ujar Adnan.

Keberaniannya divaksin, terdorong setelah melihat sahabatnya T Mufizar yang seumurnya berselfie ria usai divaksin. Ditulisnya, RSIA masih membuka kesempatan vaksin covid untuk Lansia hingga Jumat, 26 Maret 2021, tapi stocknya mulai menipis tulisnya.

Jadwal Lansia antara pukul 14.00-16.00 tiap hari. Kehadirannya di RSIA ini ikut dimediasi Saiful, Jubir Covid Aceh.

Merasa Asing
Dalam proses vaksin tadi, Adnan terkejut dan merasa asing di tengah komunitas warga keturunan Tionghoa yang sudah lansia.

“Hati saya berkata, warga Tionghoa lebih paham tentang fasilitas vaksin sebagai langkah preventif. Umur mereka rata-rata 75-92 tahun datang berpasangan,” ujarnya.

Adnan datang sendirian. Karena istri penuh ketakutan akibat dampak publikasi medsos selama ini.

Tiba di rumah memang sudah terdia teh hangat dan pisgor. Meski istrinya Tuti Marwati sempat memprotes.

“Papa ini anehlah. Orang lari menghindar divaksin. Dia justeru menjolok badan untuk divaksin,” sebut Tuti sambil berlalu.

“Ini bukan cerita fiksi. Tapi Lillahitaala. Tak percaya dicoba saja. Tak perlu takut. Siapa takut?,” pungkas Adnan.[andinova | red 01]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *