halaman7.com – Calang: Salah seorang penggagas berdirinya Kabupaten Aceh Jaya, Adnan Nyak Sarong memberikan kado terindah buat tanah kelahirannya berupa dua buah buku yang ditulisnya untuk Pustaka desa kehirannya di Keudee Kruengsabe, Aceh Jaya.
Keuchik Keudee Kruengsabe, Anwar Nurdin dan Ketua Tuha Peut, Aiyu Fatria ST, Selasa 2 Agustus 2022 mengatkan, kedua buku berbeda judul ini sengaja diserahkan sebagai kenangan khusus.
Penulis Buku Pers Aceh Dalam Lintasan Sejarah dan Buku Aceh Jaya & Lintas Sejarah Peradaban Sosial Budaya yang juga Senator Indononesia Perdana sengaja pulang khusus ke kampung kelahirannya, pada 14 Agustus 1955 silam.
Pada kepulangan dan pamitan sebelum melawat ke beberapa negara tetangga Asean ini, menyerahkan dua buku yang diantar langsung ke kantor desa setempat.
Acara penyerahan berlangsung di Kantor Keuchik Keudee Kruengsabe, diterima Keuchik Anwar. Disaksikan Ketua Tuha Peut Aiyu Fatria, Kadus Manggis Azhar dan Koordinator Keuchik se Kecamatan Kruengsabe.
Penyerahan buku ini menurut Keuchik Anwar, akan menambah koleksi buku pustaka desa. Menjadi referensi untuk generasi muda mendatang. Apalagi penulis buku ini sendiri adalah putra kelahiran desa tersebut.
Menurut Anwar, konten buku Aceh Jaya ini mengupas secara lugas dan gamblang perjuangan pemekaran kabupaten ini di masa komplik penuh lika liku, dengan landasan tekad pertaruhan nyawa.
Kebetulan penulis buku ini adalah Ketua Pemekaran yang langsung didaulat pada malam pedeklarasian kabupaten ini, Rabu 15 September 1999, malam di kediaman H Syamsunan Mahmud SE, di Sukaramai, Banda Aceh.
Dengan lahirnya buku ini tentu telah terjawab siapa saja sosok pejuang pemekaran di balik itu.
“Kita tahu Aceh Jaya ini lahir ada yang membidaninya, bukan seperti lahir anak kerbau di tengah padang,” ujarnya.
“Kami tahu persis para pejuang ini tidak pernah mengharap balas jasa dan kebetulan juga mereka belum ada yang memperoleh jasa dan jabatan apa pun sejak kelahiran kabupaten ini 10 April 2002 lalu, selain beban utang yang belum kunjung terbayar.” sebut Anwar.
Ketua Tuha Peuet Aiyu, juga mengetahui luka liku perjuangan secara bergeriliya dengan tempat meeting secara berpindah-pindah lokasi di Banda Aceh. Tempat di mana pusat panitia mengatur siasatnya ibukota provinsi Aceh itu.
Para pengambil prakarsai ini adalah mereka perantau Aceh Jaya di Banda Aceh. Hubungan darat Meulaboh-Banda Aceh sering terlockdown akibat pertikaian TNI/Polri dan GAM, saat itu.
Menurut penjelasan penulis yang juga mantan Ketua Pansus Ambalat dan Perbatasan Negara DPD RI ini, sebelumnya buku Aceh Jaya ini sudah diserahkan untuk Pemkab Aceh Jaya pada Jumat, 15 Juli 2022 pada sebuah acara khusus di taman Memerial Tsunami Calang dan Pemkab Pidie Jaya.[ril | red 01]