Anak Asal Gayo Terlantar di Pakistan

Noprizal dan ibunya.[FOTO: h7 - dok ist]

halaman7.com – Banda Aceh: Paska kepulangan anak-anak Gayo asal Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah dari Kamboja. Kini ditemukan satu lagi anak asal Gayo, Aceh Tengah dilaporkan terlantar di Pakistan yang bernama Noprizal Putra.

Terungkapnya kasus ini berawal dari video berdurasi 1 menit 58 detik beredar di group-group Whatsapp Gayo dan viral di media sosial Gayo.

Dalam video tersebut, Susilawati, warga asal Kampung Bintang yang tinggal di Simpang Belgia, Kung, Kecamatan Pegasing, Kabupaten Aceh Tengah, memohon bantuan dari berbagai pihak untuk biaya pengobatan sekaligus biaya pemulangan anaknya, Noprizal Putra (27 tahun), yang saat ini menuntut ilmu di Karachi, Pakistan, ke tanah air.

“Saya memohon kepada Bapak/Ibu untuk pengobatan anak saya, juga agar bisa pulang ke Indonesia,” katanya penuh harap dalam video tersebut.

Noprizal dilaporkan awalnya menuntut ilmu di pesantren di Pakistan. Namun, kini kondisinya sakit dan terlantar. Namun tidak bisa kembali ke tanah air, karena ketiadaan biaya baik diri sendiri maupun orang tuanya di kampung halaman.

Susilawati istri mendiang Busran tersebut, yang juga berasal dari Kampung Bintang dan merupakan korban konflik Aceh, juga sudah berkomunikasi dengan Diaspora Indonesia-Inggris sekaligus Inisiator World Gayonese Community (Diaspora Gayo Dunia), yang saat ini tinggal di London, Yusradi Usman al-Gayoni.

Noprizal Putra, menurut Susilawati, menamatkan Raudhatul Athfal (TK) Bintang Fajar di Bintang 2004 dan tamat Madrasah Tsanawiyah Negeri Bintang 2013. Selesai MTsN, anak saya sempat ngaji selama enam bulan di Arul Gading, Pintu Rime Gayo, Bener Meriah.

Setelah itu, masuk pesanteren Karang Rejo Kecamatan Bukit Bener Meriah. Di sana, belajar Al-Qur’an selama dua bulan, sampai 2017. Keinginannya untuk belajar agama Islam, sangat kuat. Namun, sempat juga menganggur karena keadaan ekonomi.

Baca Juga  Tipu Nasabah hingga Rp1,3 Miliar, Pemilik Showroom Duta Mobil Diringkus Polisi

Dari Gayo, Noprizal Putra, lalu melanjutkan pendidikannya ke Magelang, Jawa Tengah. Selama lima tahun (2018-2022), mendalami kitab kuning, tasawuf, dan hadis.

“Saat di Magelang, ada kegiatan ke Pakistan. Dia ikut teman-temannya. Biaya keberangkatannya, visa, paspor, tiket, dibantu ustaz dan teman-temannya,” ujarnya.

Kemauannya tinggi, semangat, dan tekadnya luar biasa, untuk belajar dan mendalami agama Islam, meski keadaan ekonomi saya terbatas.

“Syukur alhamduilllah, selama nyantri di Gayo dan di Magelang, Baitul Mal Aceh Tengah sempat membantu tiga kali, kurang lebih Rp5.5 juta,” ujarnya.

Diungkapkan Susilawati, selama di Pakistan, anaknya berjualan stiker dan kalender untuk biaya pondok, memperpanjang visa, dan kebutuhan sehari-hari, sambil belajar agama.

“Tahun pertama, dia belajar bahasa Urdu. Kemudian, lanjut ke kelas lima, langsung kelas misykat. Saat ini, sudah kelas daurotull hadis. Akibat sering sakit, jadi jarang masuk. Pada 2017, dia sempat sakit usus lipat dan dioprasi. Pada 2020, sakit hernia, dioperasi juga.

Karena makan yang tidak teratur, sakitnya sering kambuh, mengingat situasi di sana, termasuk keterbatasan ekonomi. Karenanya, setelah menelponnya beberapa hari belakangan ini, mengingat biaya dan mempertimbangkan banyak hal, diputuskan sebaiknya pulang saja.

“Jadinya, lebih mudah berobat, ada BPJS dan nanti bisa meneruskan pendidikan di sini, sambil dia pun bisa mengajar, buat membantu biaya dan operasial pendidikannya,” tuturnya.

Secara terpisah, saat dikonfirmasi melalui pesan WA dari Inggris, Selasa 19 Agustus 2025, Yusradi Usman al-Gayoni, membenarkan apa yang disampaikan Susilawati melalui video yang beredar.

Dikatakan, pada Rabu, 13 Agustus 2025, Susilawati me-WA nya, menceritakan kondisi anaknya di Karachi, Pakistan. Melihat tekad dan perjuangan anaknya yang luar biasa, sampai ke luar negeri, di tengah keterbatasan Ibu Susilawati, patut diapresiasi, dijadikan penyemangat, dan contoh untuk maju.

Baca Juga  Kenko Anak Gayo Lolos Eleminsi 2 Indonesian Idol

“Tentunya, kita coba bantu sebisanya. Saya kemudian menyarankan, agar Ibu Noprizal langsung ke Baitul Mal Aceh Tengah. Tanggal 14 Agustus 2025, saya juga berkomunikasi langsung dan membahas terkait Noprizal dengan Ketua Baitul Mal Aceh Tengah, Azkia Umar dan komisioner lainnya: Azhar Aziz, Fakhruddin Cibro, dan Uun Fajaruna,” aku Yusradi.

Dikatakan, jika nantinya Baitul Mal Kabupaten Aceh Tengah, sebutnya, tidak ada anggaran dan tidak bisa membantu, maka melalui World Gayonese Community (Diaspora Gayo Dunia) dengan melibatkan pihak lainnya juga.

“InsyaAllah akan menggerakkan eteng-eteng iyak, alang tulung beret bebantu (open donasi, fund raising), seperti yang dilakukan untuk pemulangan PMI asal Gayo di Kamboja. Opsi eteng-eteng iyak tadi, sejak awal sudah saya sampaikan ke Susilawati, sambil melihat perkembangan pengobatan dan kesehatan Noprizal di Pakistan dan kepastian Baitul Mal Aceh Tengah,” ujar Yusradi.[ril | red 01]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *