halaman7.com – Sabang: Ratusan santri Pesantren Terpadu Al-Mujaddid Kota Sabang, Senin 8 Desember 2025 dirumahkan. Para orang tua santri minta Pemerintah Kota Sabang memberikan perhatian serius dan tidak tutup mata.
Penutupan sementara seluruh kegiatan pendidikan itu diputuskan setelah rapat internal pengurus pesantren dan Majelis Guru Al-Mujaddid menyusul ketiadaan dana operasional.
Kebijakan tersebut ditetapkan melalui maklumat Pesantren Terpadu Al-Mujaddid Kota Sabang bernomor 112/YPTMKS/XI/2025 tertanggal 5 Desember 2025.
Pengawas Pesantren Terpadu Al-Mujaddid Kota Sabang Ade Suryadi didampingi sejumlah
Wali santri yaitu, Fakri Kamal, Nadia, dan Harianto. Senin 8 Desember 2025 mengatakan, penutupan sementara seluruh kegiatan pendidikan tersebut sangat disayangkan sehingga perlu mendapat perhatian serius dari Pemerintah Kota Sabang. Mengingat pendidikan dengan metode pesantren terpadu memegang peran penting dalam mencegah pergaulan bebas dan penyalahgunaan narkoba, dan dapat membentengi generasi muda dari risiko-risiko tersebut.
Melalui pendikan terpadu para anak didik dibekali nilai moral dan agama yang benar dan kuat, maka niscaya mereka tidak akan mudah terpengaruh penyalahgunaan narkoba, dan tentunya mereka dapat membedakan mana yang baik dan buruk.
Untuk itu para orang tua santri sangat mengharapakan Pemerintah Kota Sabang dapat membatu dana operasional Pesantren Terpadu Al-Mujaddid, sehingga seluruh aktivitas akademik dan kegiatan pembinaan pesantren dapat berjalan kembali seperti biasa melaksanakan kegiatan belajar merupakan harapan seluruh orang tua santri yang menintipkan anaknya belajar di Pesantren Al-Mujaddid.
Salah satu wali santri Nadia, SPdI menambahkan,
para orang tua sangat khawatir dan cemas karena keadaan ini terjadi di tengah semester tahun Pelajaran berjalan. Banyak santri kelas akhir berada dalam situasi genting menjelang ujian kelulusan semester genap.
“Kami sangat berharap pesantren ini tetap berdiri, tetap berjalan, dan tidak dihentikan,” ujar Nadia
Dijelaskan, para orang tua hanya ingin anak-anak mereka segera kembali belajar tanpa harus menunggu pergantian tahun ajaran.
Pemindahan siswa ke sekolah umum bukan solusi karena berpotensi menimbulkan masalah administratif. Sistem pendataan seperti Dapodik telah terkunci pada semester berjalan, sehingga proses kepindahan siswa akan menyulitkan terutama bagi santri tingkat akhir.
“Data dapodik pasti telah terkunci, belum lagi kalau jadi pindah di tengah semester. Kemudian, kurikulum yang ada sekarang di pesantren tentu berbeda dengan kurikulum sekolah lain,” jelasnya .
Ketua Yayasan Pesantren Terpadu Al-Mujaddid Sabang, Ustaz Irsalullah Yusuf, S.Th.I mengatakan penutupan sementara kegiatan pendidikan dilakukan setelah pihak yayasan tidak lagi mampu menutupi kekurangan anggaran.
Penutupan sementara menjadi konsekuensi dari kesulitan pendanaan yang berlangsung selama empat tahun terakhir. Penurunan alokasi anggaran dari pemerintah daerah menyebabkan kebutuhan operasional tidak dapat terpenuhi. Kekurangan anggaran yang semula ditutup menggunakan dana unit usaha pesantren bernama Khizanatullah telah habis digunakan.
Dikatakan, Pesantren Al-Mujaddid merupakan milik Pemerintah Kota Sabang ini sebelunya sempat dikelola langsung oleh pemerintah pada 2003 – 2005, pengelolaan kemudian diserahkan kepada Ikatan Alumni Gontor Aceh melalui MoU pada 3 Februari 2006. Dalam kesepakatan tersebut, Pemkot menyatakan kesediaan menyediakan biaya operasional secukupnya serta melakukan audit bila diperlukan.
“Saat ini terdapat sekitar 200 lebih santri tingkat SMP dan SMA yang menempuh pendidikan di Pesantren Al-Mujaddid. Untuk semester ini tidak ada kendala karena ujian telah selesai, dan santri dipulangkan sementara,” ujar Ustaz Irsalullah Yusuf.[ril |M Munthe]

















