halaman7.com – Banda Aceh: Akademisi Universiatas Abulyatama, Dr Usman Lamreung menilai, Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah telah gagal dalam tata kelola pascabencana.
Kondisi ini dilihat dari hingga hampir sebulan pascabanjir bandang dan longsor di Aceh Tengah, denyut ekonomi rakyat belum pulih. Pasar tradisional berjalan pincang, aktivitas jual beli terbatas, pasokan barang tidak menentu, sementara harga kebutuhan pokok terus melambung di luar jangkauan masyarakat.
Menurut Usman, kenaikan harga beras, cabai, bawang, minyak goreng hingga gas elpiji bukan semata ulah pedagang, melainkan dampak terputusnya rantai pasok. Jalan rusak dan jembatan ambruk membuat distribusi dari sentra produksi maupun luar daerah tersendat bahkan terhenti, menyebabkan pasar kehilangan fungsi dasarnya.
Ironisnya, kondisi ini terjadi di tengah status tanggap darurat bencana.
“Situasi pasar yang lumpuh ini menunjukkan pemulihan ekonomi rakyat belum menjadi prioritas serius dalam penanganan pascabencana, meski masyarakat semakin tercekik oleh kenaikan harga,” ujar Usman Lamreung, MInggu 21 Desember 2025.
Di sisi lain, lanjutnya distribusi bantuan logistik juga bermasalah. Bantuan datang namun tidak merata dan kerap tidak tepat sasaran. Lemahnya data penerima, buruknya koordinasi, serta sulitnya akses ke desa terisolasi memicu kecemburuan sosial dan menyingkirkan warga yang paling membutuhkan.
Pasar yang mati, harga yang menggila, dan distribusi bantuan yang kacau adalah alarm kegagalan tata kelola pascabencana. Tanpa langkah tegas, berupa perbaikan akses darurat, operasi pasar konsisten, pengendalian harga, dan sistem bantuan yang transparan, bencana bagi rakyat Aceh Tengah tidak akan berakhir meski air telah surut.
Maka segera datangkan escavator dan alat berat sebanyak-banyaknya agar percepatan membuka akses dan pemulihan cepat selesai.
“Ini butuh komitmen, konsistem, koordinasi dan komunikasi dengan baik, tentu bila ini benar terjadi sudah barang pasti akan banyak pujian,” pungkasnya.[ril | red 01]

















