Relawan dari Berbagai SKPA di Aceh Diterjunkan ke Aceh Timur

Bupati Aceh Timur, menyambut para relawan SKPA.[FOTO: h7 - dok humas pemkab]

halaman7.com – Aceh Timur: Ratusan relawan dari berbagai Satuan Kerja Perangkat Aceh (SKPA) Provinsi Aceh di datangkan ke Aceh Timur.

Kedatangan relawan SKPA ini disambut Bupati Aceh Timur, Iskandar Usman Al-Farlaky dalam apel penyambutan rombongan gotong royong massal dari SKPA Provinsi Aceh, di halaman Pendopo Bupati Aceh Timur, Senin 29 Desember 2025.

Adapun relawan yang dikerahkan ke Aceh Timur dari SKPA gabungan yang terdiri dari, BPBA, Sekretariat MPU,Dinas Peternakan, Dinas Pendidikan,SKP, ESDM dan DLHK. Mereka dikomandoi Staf Ahli Bidang Pemerintahan Hukum dan Politik, Almunizal Kamal.

Bupati Aceh Timur, Al-Farlaky menyampaikan apresiasi dan terima kasih yang mendalam atas kehadiran para relawan SKPA di Aceh Timur.

Dikatakan, kegiatan kemanusiaan tersebut sangat dibutuhkan masyarakat, khususnya dalam membersihkan fasilitas publik seperti rumah warga, sekolah, puskesmas, pusat perbelanjaan, hingga tempat ibadah pascabanjir.

“Atas nama Pemerintah Kabupaten Aceh Timur dan seluruh masyarakat, saya mengucapkan ribuan terima kasih kepada bapak dan ibu sekalian yang hadir sebagai relawan. Kehadiran ini sangat membantu kerja-kerja kemanusiaan, baik bagi pemerintah maupun masyarakat,” ujar Al-Farlaky.

Bupati menjelaskan, Aceh Timur telah lebih dari satu bulan dilanda bencana banjir dan banjir bandang. Disini terdapat dua kategori bencana, yakni banjir yang merendam kawasan permukiman dan banjir bandang yang disertai lumpur serta kayu gelondongan.

“Banjir bandang terjadi di beberapa kecamatan, seperti Kecamatan Simpang Jernih, Serba Jadi, Lokop, dan Pantai Bidari,” jelasnya.

Secara keseluruhan, kata Al-Farlaky, sebanyak 24 kecamatan di Aceh Timur terdampak banjir. Meskipun ada beberapa desa yang tidak terendam, wilayah tersebut menjadi lokasi pengungsian warga sejak hari pertama hingga hari kelima bencana.

Baca Juga  Hasil Tes Urine Sopir Bus di Terminal Banda Aceh

Buoati juga menggambarkan kondisi lumpuhnya pemerintahan daerah pada awal bencana. Akses darat ke Aceh Timur sempat terputus total akibat genangan air setinggi hingga empat meter di ruas Jalan Nasional Medan–Banda Aceh. Jalur menuju Lhokseumawe pun terputus di kawasan Julok, membuat Aceh Timur terisolasi selama hampir sepekan.

“Selama masa itu, pasokan logistik dari Belawan harus dikirim menggunakan kapal Angkatan Laut dan didaratkan di Tempat Pendaratan Ikan (TPI) yang merupakan pusat produksi perikanan terbesar di Aceh Timur,” ungkapnya.

Selain persoalan logistik, Aceh Timur juga menghadapi kendala distribusi BBM, gas elpiji, serta pengendalian harga kebutuhan pokok. Pemerintah daerah menyalurkan bantuan melalui tiga jalur, yakni darat, udara, dan sungai. Namun karena jalur darat dan udara tidak memungkinkan, distribusi banyak dilakukan melalui jalur sungai.

Bupati juga mengingatkan para relawan dampak banjir di wilayah pedalaman jauh lebih parah dibandingkan kawasan perkotaan.

“Jika Bapak Ibu masuk ke pedalaman, kondisi di sana sangat memprihatinkan. Air hampir setinggi tiang lampu. Banyak warga hanya bisa menyelamatkan diri menggunakan sampan seadanya,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Al-Farlaky menekankan pentingnya sistem peringatan dini (early warning system) bencana di Aceh. Ia juga menyoroti kerusakan lingkungan sebagai penyebab utama banjir bandang.[ril | Antoedy]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *