Jusuf Kalla: Mari Bangun Aceh Besama

Peringatan hari Damai Aceh.[FOTO: h7 - ist]

halaman7.com – Banda Aceh: Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12 yang juga Tokoh Perdamaian, HM Jusuf Kalla mengatakan, Aceh bukanlah hanya bagian dari suatu Provinsi, tetapi Aceh merupakan suatu modal bangsa untuk memajukan NKRI ke depannya.

Aceh mempunyai kekayaan dan harus tetap dikelola dengan baik. Dibutuhkan suatu upaya tidak hanya menunggu. Ini semua adalah bagian dari upaya bersama.

“Apabila ada hal-hal yang terasa belum cukup dilakukan maka marilah membangun dan memberdayakan potensi masyarakat Aceh yang sangat besar,” ajak Jusuf Kalla (JK) secara virtual dalam Forum Aspirasi, di Makodam IM, Jumat 14 Juni 2020.

Forum Aspirasi digelar dalam memperingati 15 tahun perjanjian damai Memorandum Of Understanding (MoU) di Helsinki, Finlandia pada tanggal 15 Agustus 2005 lalu. Kegiatan ini diinisasi Kodam Iskandar Muda dengan tema “Aceh Damai, Bangkit dan Maju”.

Acara tersebut dihadiri Pandam IM Mayjen TNI Hassanudin. Wali Nanggroe, Malik Mahmud Al-Haythar, Plt. Gubernur Aceh yang diwakili Staf Ahli Gubernur Bidang Pemerintahan, Hukum dan Politik Kamaruddin Andalah SSos MSi. Kapolda Aceh Irjen Pol Wahyu Widada. Ketua KPA Muzakir Manaf, para Rektor se-Banda Aceh dan para walikota/bupati se-Provinsi Aceh.

Wali Nanggroe, Kapolda dan pejabat lainnya yang hadir dalam pertemuan dengan JK.[FOTO: h7 – ist]
Lebih lanjut, JK mengatakan, pemerintah selalu memberi banyak peluang untuk membangun Provinsi Aceh. Untuk itu, JK mengajak untuk bersama-sama membangun Aceh.

“Kepada Pangdam IM, Gubernur, Kapolda dan anggota DPR, ini adalah tugas keseluruhan untuk membangun Aceh. kita tentu harus melakukan yang terbaik, dan saya yakin Pemerintah saat ini juga akan memberikan yang terbaik,” pesan JK.

Kebutuhan Dasar

Dalam kegiatan itu juga hadir tokoh Agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan mantan kombatan, Pangdam menyampaikan, suasana damai atau kondisi perdamaian adalah kebutuhan mendasar semua umat manusia.

Baca Juga  Hari Sakral di Aceh, Tolong Bantu Anak Yatim dan Fakir Miskin

Ketika kita membicarakan “kata damai”. Hal tersebut adalah kebalikan 180 derajat dengan kata “penderitaan” akibat perang/konflik. Aceh pernah mengalami suatu masa dalam konflik yang mengakibatkan penderitaan luar biasa bagi masyarakat Aceh.

Masa konflik tersebut telah berakhir sejak 15 tahun yang lalu. Kini perdamaian Aceh telah terwujud meskipun ditebus dengan hilangnya ribuan nyawa putera puteri terbaik. Korban jiwa masyarakat sipil yang berada di tengah-tengah konflik.

Wali Nanggroe mengucapkan terima kasih kepada Panglima Kodam Iskandar Muda yang telah menginisiasi pertemuan ini.

Menjaga Perdamaian

Pertemuan ini, lanjut Wali Nanggroe, sangat bermanfaat untuk saling mengenal lebih dekat dalam menjalin tali siaturahmi. Untuk saling memahami apa saja kendala dan hambatan yang ada dalam merajut perdamaian Aceh yang telah ditandatangani.

“Saya bersama semua yang hadir disini telah berupaya menjaga perdamaian Aceh. Kini sudah sampai berlangsung selama 15 tahun,” ujar Malik.

Dikatakan, selama 15 tahun ini, banyak sekali tantangan yang kami hadapi. Baik tantangan internal maupun external. Namun komitmen kami untuk berdamai dan dengan memegang teguh pada komitmen MoU Helsinki bahwa Aceh dalam bingkai NKRI.[ril | red 01]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *