Kapolda Aceh: Jangan Sampai AnakCucu Kenal Gajah

atau Harimau lewat Youtube

halaman7.com –Yogyakarta: Kapolda Aceh Irjen Pol Wahyu Widada, MPhil menegaskan hutan dan isinya harus bisa dijaga. Jangan sampai suatu saat punah dan tak ada lagi yang bisa diwariskan kepada anak cucu di masa yang akan datang.

“Filosofi kita, hutan harus dilestarikan setelah Tuhan menumbuhkan hutan-hutan tersebut,” kata Kapolda saat menjadi narasumber pada Rapat Kerja Nasional Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang digelar di Sahid Jaya Hotel and Convention Yogyakarta, Jumat 28 Februari 2020 malam.

Menurut Kapolda, di Riau banyak hutan yang gundul akibat kayu-kayu telah dipotong oleh manusia. Bisnis kayu luar biasa. “Kita takut suatu saat hutan dan hewan-hewan yang hidup di hutan tersebut akan musnah,” jelas Kapolda.

Dengan habis hutan dan musnahnya hewan di hutan tersebut, ditakutkan anak cucu tidak bisa lagi mengenali hutan dan hewan-hewan di dalamnya seperti harimau dan gajah.

“Anak cucu kita bila inging melihat hutan dan hewan seperti harimau dan gajah hanya melihat di Youtube saja,” ujar Jenderal bintang dua polisi ini sembari menambahkan harus pertahankan hutan, tidak untuk sekarang tapi untuk ke depan nantinya.

Dijelaskan Kapolda, di Riau bahkan ada satu pulau yang hutannya telah ada konsesi untuk mengambil kayunya saja. Belum lagi untuk kepentingan politik, misalnya ada Pilkada, kepada perambah hutan itu dimintai KTP dan kemudian diperbolehkan untuk menebang hutan tersebut.

Selanjutnya terkait masalah perambahan hutan, masalah Chainsaw harus diketahui jenis dan merknya. Dalam hal ini Pemda dan pihak LKH perlu mendatakan kembali tentang jenis chainsaw.

“Dalam penegakan hukum, kita harus tahu asal usul kayu, kayu ini darimana dan jenis chainsaw yang digunakan,” sebut Kapolda.

Baca Juga  Polsek Madat Kawal Penyaluran Bansos

Sebab, lanjut mantan Wakapolda Riau ini, bagaimana mau melakukan penegakan hukum, sementara asal usul kayu dan jenis chaisaw yang digunakan, kita tidak punya data.

“Kita harus tahu jenis chainsaw ini seperti kita mengetahui jenis senpi yang sudah teregistrasi,” tegas Kapolda Aceh ini.

Untuk itu, harus tahu alur distribusi dan penjualan chainsaw, sehingga bila menemukan kayu-kayu yang dipotong dengan ciri-ciri potongannya sehingga memudahkan jenis chainsaw mana yang digunakan, sehingga mudah untuk dilakukan penyelidikan.

“Kita juga perlu untuk melakukan pembatasan penjualan atau tataniaga chainsaw. Dengan chaisaw ini, orang mudah sekali menebang dan memotong kayu. Dengan ukuran beberapa centi meter dalam hitungan detik atau menit kayu sudah terpotong,” kata Kapolda.

Diakhir presentasinya, Kapolda mengajak, semua pihak sama-sama lakukan perubahan untuk dapat mendukung dan menguranginya deforestasi.

Rakernas yang digelar di Yogyakarta itu, selain dihadiri Kapolda Aceh juga dihadiri Menteri dan Pejabat dari instansi terkait lainnya.[ril/red 01]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *