Usut, ‘Eumpang Breuh’ Corona Bernilai Rp1,2 M

Usman Lamreung

halaman7.com – Banda Aceh: Dana bencana memang empuk dan rawan dikorup. Alasan mendesak dan harus segera dalam penanganan bencana terkadang dimanfaatkan oleh oknum pejabat dalam mencari keuntungan pribadi dan kelompok.

“Semua paham, dana bantuan bencana itu paling rentan dikorupsi. Aneka alasan akan dibuat, bahkan terkadang ada yang berani melakukan hal-hal fiktif atau volume tidak tercapai,” kata Usman Lamreung, akademisi Universitas Abulyatama Aceh Besar, kepada media, Selasa 21 April 2020.

“Kita tidak ingin dalam pengadaan dan penyaluran sembako covid-19 oleh Dinas Sosial Aceh untuk masyarakat yang terdampak corona terjadi penyelewengan, korupsi dan pemborosan,” lanjut mantan pekerja kemanusiaan di BRR Aceh – Nias itu.

Baru-baru ini, kata Usman, dikejutkan pemberitaan salah satu media terkait pembagian 60.000 paket sembako untuk masyarakat Aceh melalui program Jaring Pengaman Sosial Covid-19, menghabiskan anggaran Rp14 Miliar.

“Pengadaan goody bag atau eumpang baluem yang disablon dengan logo Pemerintah Aceh menyerap anggaran sebesar Rp1.200.000.000, untuk 60.000 unit goody bag atau empang balum. Harga per unit Rp20.000,” sebutnya.

“Inikan gila. Tidak masuk akal, habis anggaran sampai Rp1,2 miliar hanya untuk kantong beras. Ini harus di dalami, bila perlu diusut tuntas oleh pihak terkait,” kata Usman.

Dikatakan, patut dicurigai ada permainan antara pejabat terkait dengan rekanan pengadaan beras dan eumpang breuh. Walau dalam keadaan bencana, ini adalah permainan yang kasar, perlu di dalami.

Magister UGM ini menambahkan, Kepala Dinas Sosial Aceh Al Hudri tak perlu membayar harga kantong beras itu. Sebenarnya harga sablon goni beras sudah termasuk dalam pembelian harga beras.

“Coba datang ke pabrik-pabrik padi besar di Tiro, Pidie, kita tak perlu beli karung beras saat order beras. Harga beras sudah termasuk dengan karungnya,” kata Usman.

Baca Juga  Aceh Salah Kelola, Salah Siapa?

Kalau mau karung dengan desain khusus, tinggal negosiasi model saja. Apalagi, ujar Usman, order dalam jumlah sangat besar. Jadi, diminta hal ini di dalami, apakah sekedar pemborosan atau ada skandal korupsi atau fee di baliknya.[ril | red 01]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *