Pembaca halaman7.com yang berbahagia
PEKAN Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh Sumatera Utara (Sumut) dalam hitungan jam akan berakhir. Seremoni penutupannya akan dilakukan di Sport Centre Sumatera Utara, Deli Serdang, akan dilakukan nanti malam.
Dengan segala keterbatasan Aceh dan Sumut, bisa dikatakan sukses menggelar pesta olahraga terbesar empat tahunan di negeri ini. Sukses penyelenggaraan dan sukses juga atas prestasi Aceh dan Sumut yang menembus peringkat atas klasemen akhir.
Sebagai tuan rumah, Sumut sukses masuk lima besar perolahan mendali. Melesat dari peringkat 13 saat PON Papua 2020 ke peringkat 4 besar klasemen akhir, dengan perolehan medali, 79 emas, 59 perak dan 115 perunggu.
Begitu juga dengan tuan rumah Aceh, melesat tajam dari peringkat 12 saat PON Papua, kali ini bertengger di peringkat 6 perolehan mendali. Secara keseluruhan dalam empat edisi PON terakhir, peringkat Aceh terus membaik.
Saat PON 2012 di Pekanbaru, Riau, Aceh berterngger di ranking 25, dengan perolehan mendali 3 emas, 5 perak dan 18 perunggu. Pada PON 2016 di Bandung, Jawa Barat (Jabar), posisi Aceh melesat ke peringkat 17, dengan perolehan medali, 8 emas, 7 perak dan 9 perunggu.
Pada PON 2022 di Papua, Aceh nyaris masuk 10 besar, dengan perolehan medali 11 medali emas, 11 perak dan 11 perunggu. PON 2024 yang diselenggarakan di Aceh, bisa dikatakan prestasi terbaik Aceh sepanjang sejarah keikutsertaan dalam PON.
Dimana, Aceh mampu menembus enam besar, dengan perolehan medali, 63 emas, 48 perak dan 77 perunggu. Tentu ini suatu peningkatan yang fantastis, dalam sejarah gelaran PON yang pernah ada.
Secara kuantitas perolehan medali tentu tak bisa dipungkiri. Namun, jika melihat secara kualitas, prestasi yang diraih Aceh pada PON 2024 ini tidak lah terlalu wah atau hebat kali. Dengan melibatkan 1.070 atlet, Aceh hanya bisa meraih 63 emas, 48 perak dan 77 perunggu.
Dibandingkan dengan daerah lain yang setara dengan Aceh yang mengirimkan atlet sampai 1.000 an. Seperti Sumut saja, dengan 1.153 mampu masuk lima besar, dengan perolehan medali, 79 emas, 59 perak dan 115 perunggu.
Belum lagi dengan DKI Jakarta yang hampir sama dengan Aceh mengirimkan atlet, 1.047 atlet namun mampu menembus peingkat dua klasemen, dengan perolehan mendali 182 emas, 148 perak dan 142 perunggu.
Posisi Aceh, masih jauh dari Jawa Tengah yang hanya mengirimkan 743 atlet, namun berada satu tingkat di atas Aceh di posisi 5 klasemen, dengan medali, 68 emas, 74 perak dan 113 perunggu.
Terima Kasih
Terlepas dari itu semua, kita patut berterima kasih pada semua atlet yang telah bertanding dengan sportivitas yang tinggi. Terima kasih yang paling istimewa bagi para atlet (bayaran) Aceh yang telah berjuang untuk Aceh.
Dari 1.070 atlet yang berlaga atas nama Aceh dan berpretasi meraih medali, hampir sebagian besar merupakan atlet bayaran. Atau dalam istilah olahraga sering disebut ‘bon’. Yakni memakai jasa atas dasar kontrak dengan bayaran, atlet luar daerah untuk membela satu daerah.
Tentu Aceh menggelontorkan banyak uang untuk satu hal ini. Dalam konsepnya, sebagai tuan rumah, Aceh ingin juga mampu bersaing dengan daerah lain dalam PON XXI 2024 ini. Dengan target awal masuk 5 besar.
Meskipun gagal untuk menembus posisi lima besar, namun prestasi yang telah dicapai atas nama Aceh, patutlah diajungi jempol. Karena ini bagian dari ambisi meraih prestasi dan prestise di kancah olahraga nasional.
Tidak cukup ajungin jempol, jangan lupa pula kucuran dana segar nya untuk para atlet bon yang telah membela dan berjuang untuk mengharumkan nama Aceh.
Kita pun jangan berharap, atlet-atlet bon ini akan membela Aceh kembali dan juga jangan bermimpin, Aceh juga bisa meraih medali (prestasi) seperti PON XXI kali ini. Karena, atlet-atlet bon tersebut, tentu akan memilih membela tuan rumah, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB) pada PON XXII 2028.
Ke depan Aceh, melalui Pengprov dan KONI nya harus berpikir rasional jika ingin menyamai prestasi 2024. Cara satu-satunya, mulai saat ini terus mencari dan membina atlet-atlet potensial yang ada di Aceh, hingga bisa berprestasi gemilang pada empat tahun ke depan di kancah PON.
Rasa bangga kita akan lebih besar, jika anak-anak Aceh yang mengukir prestasi jika dibandingkan dengan atlet luar daerah yang dipinjamkan atau di bon untuk membela Aceh. 5,5 juta penduduk Aceh, setidaknya adalah 10 persen anak Aceh yang bisa nantinya dicari dan dibina menjadi atlet potensial yang mampu mengibarkan nama Aceh di kancah nasional.
Ini tentu menjadi Pekerjaan Rumah (PR) yang besar bagi Pemerintah Aceh, Pengprov dan KONI untuk mendapatkan telenta Aceh yang bisa berprestasi. Lebih baik menghabiskan dana untuk mencari dan membina telenta lokal Aceh, dari pada menghabiskan dana daerah untuk menge-bon atlet luar daerah.
Kita berharap itu segera dipikirkan dan dilakukan para pengambil kebijakan di Aceh.[]