Kisah Negeri Empat Mata Angin

Catatan: Usman Lamreueng

NEGERI empat mata angin adalah sebuah daerah paling ujung barat pulau Swarnadwipa. Negeri dengan jumlah penduduk 5.372 juta jiwa, 23 pemerintahan sagoe, mayoritas rakyat beragama Islam, adat istiadat dan kebudayaan kental dengan nilai-nilai Islam.

Usman Lamreung

Negeri empat mata angin memiliki sumberdaya alam yang melimpah (gas, emas, batu-bara, hutan leuser). Alam yang indah, laut yang cantik, budaya dan adat istiadat yang berbagai ragam. Seperti seni tari, hikayat, rapai, seudati, dan berbagai macam seni budaya lainnya.

Bangsa negeri empat mata angin adalah bangsa yang kuat, tegas, dan sulit untuk dikalahkan. Terbukti dalam sejarah, saat itu menjadi bangsa disegani, kekuasaan yang besar menguasai sebagian daerah pulau Swarnadwipa, dan wilayah selat malaka. Saat itu punya armada perang seperti kapal perang laut dan angkatan perang yang besar termasuk di dalamnya ada pasukan inong balee disegani lawan-lawannya.

Pengaruh Islam sangat kuat. Banyak ulama-ulama besar lahir di sana. Meyebarkan Islam ke seluruh penjuru pulau Swarnadwipa, Jawadwipa, dan wilayah seputar Selat Malaka. Banyak maha karya ilmu pengetahuan dan ajaran Islam. Seperti ilmu pemerintahan, tauhid, ilmu fiqih, ilmu falak, sejarah dan lainnya.

Saat itu negeri tersebut menjadi gudang ilmu Islam dan pengetahuan. Banyak yang belajar dan menimba ilmu disana. Selanjutnya berkembang pendidikan Islam melalui dayah-dayah.

Saat datangnya bangsa BA, runtuhlah kekuasaan negeri empat mata angin. Biarpun saat itu bangsa BA, membutuhkan waktu yang cukup lama. Didukung dengan kekuatan armada dan sokongan anggaran yang besar. Akhirnya bangsa BA menguasai kekuasaan negeri empat mata angin.

Namun perlawanan tetap berlanjut di bawah kendali para ulama, hulubalang, para panglima dan kekuatan rakyat lainnya. Sebuah perjuangan besar, yang meluluh-lantakkan harta benda, nyawa, dan peradaban.

Baca Juga  Puisi Iranda NV: Kamu bukan Dia

Biarpun akhirnya bangsa BA menemukan kelemahan bangsa negeri empat mata angin. Bangsa BA mengutus salah satu cerdik pandai mereka dan berbaur dalam kehidupan bangsa negeri empat mata angin. Akibatnya para pemimpin dan ulama, cerdik pandai negeri empat mata angin, mulai lemah, lengah, dan diadu domba.

Peperangan dan perlawan awalnya sangat gencar. Semakin lemah, karena rakyat negeri empat mata angin mudah diadu domba, dan banyak melakukan pengkhianatan. Akibatnya banyak para ulama, para panglima dan para hulu balang di tangkap, gugur, dan kocar kacir, akibat adanya penghianatan.

Perang

Perang negeri empat mata angin sangat lama. Sulit ditundukkan, karena rakyatnya memang suka berperang. Apalagi perang tersebut adalah perang fisabililah, tentu atas sukarela ikut berperang. Sehingga negeri tersebut disegani lawan-lawannya. Namun akibat politik adu domba bangsa BA, dan pengkhianatan, bangsa negeri empat mata angin harus tunduk pada kolonial bangsa BA.

Berbagai peristiwa sejarah tak henti-henti terjadi pada bangsa negeri empat mata angin. Perang saudara antara ulama dan para hulubalang, dilanjutkan konflik politik dan perlawanan dengan penguasa pemerintahan Alif. 30 tahun lamanya konflik politik, korban nyawa, harta benda, ekonomi, peradaban, dan tatanan kehidupan sosial masyarakat hancur lebur, akhirnya selesai di meja perundingan dan perdamaian.

Bangsa negeri empat mata angin, bangga dengan sejarah. Bangga dengan masa lalu, bangga dengan budaya, bangga dengan syariat Islam, dan ini di buktikan dalam kehidupan sosial dan adat istiadat masyarakat, semua bernuansa nilai-nilai Islam.

Misalnya kebanggaan pada sejarah, rakyat negeri tersebut sangat cinta dengan sejarahnya. Jangan coba-coba pelintirkan sejarah mereka, pasti mereka marah besar. Namun ironisnya mereka tidak merawat dan menjaga situs sejarah, cagar budaya, peningalan-peninggalan purba/sejarah, sampai batu nisanpun luput dari perawatan. Sehingga sulit dibuktikan lagi bahwa negeri empat mata angin bangga pada sejarah.

Baca Juga  Batalyon C Sat Brimob Aceh Selatan Dipindahkan

Semua daerah dalam negeri empat mata angin, tidak merawat dan menjaga situs, cadar dan peninggalan sejarah. Malah banyak yang sudah dihancurkan, dibasmi tanpa jejak, di jual untuk kebutuhan perut, hilang diterpa angin badai, tanpa jejak dan tanpa bukti. Sehingga kisah sejarah seperti cerita dongeng tanpa bukti dan dokumen.

Jejak sejarah hanya dalam cerita, jejak sejarah hanya dalam kenangan, menyebabkan negeri empat mata angin seperti hilang rasa, hilang indentitas, hilang budaya, hilang peradaban dan hilang visi masa depan.

Penguasa tidak menghiraukan situs sejarah dan cadar budaya, dibiarkan hancur, tidak dirawat dan dijaga. Ironis lagi banyak situs sejarah di hancurkan atas nama untuk kepentingan pembangunan, dibabar, di hilangkan tanpa ada rasa bahwa dia telah meluluh-lantakkan peradaban dan indentitas bangsanya, meluluh lantakkan kebangaan bangsanya. Inilah bangsa empat mata angin yang bangga dengan sejarah, tapi lupa menjaga dan merawat peninggalan sejarah.

Kepentingan Politik

Bangsa negeri empat mata angin tak pernah belajar dari sejarah. Sejarah hanya di jadikan saat ada kepentingan politik, bila kepentingan politik sudah tercapai, dia cabik-cabik situs sejarah dengan berbagai kebijakan atasnama pembangunan.

Sangat sedih indatu negeri empat mata angin, mungkin di dalam liang lahat mereka berdoa agar mereka di hargai dan di hormati.

Mungkin ini murka indatu, sehingga negeri empat mata angin, saat ini terus dilanda huru hara yang tak berkesedudahan. Biarpun sudah damai, namun rakyatnya masih saja lapar, miskin, dan para pejabat korupsi begitu masif. Akibat penguasa negeri tak mengahragai dan menghormati perjuangan indatu.

Bangsa negeri empat mata angin, seperti tidak pernah memberikan pernghargaan dan terima kasih pada orang-orang yang berjasa, yang sudah berkontribusi membangun negeri. Seperti sebuah lembaga pendidikan, yang ingin mengusur para pendiri kampus, para penggerak kampus, digusur tanpa ucapan terima kasih, tanpa ada pengharagaan tanda jasanya.

Baca Juga  Muslem Ulka Wartawan MediaNAD Korban Tabrak Lari

Inilah negeri empat mata angin dianggap penuh beradap namun lupa berterima kasih. Tokoh-tokoh besar yang telah berjuang, telah membangun negeri, telah memberikan kontribusi pembangunan, dan pendidikan seharusnya dihargai, diberikan pengharagaan dan ucapan terima kasih sebagai sumbangsih kepada negeri empat mata angina.

Tentu ini adalah bagian dari perghormatan pada indatu, yang pada akhirnya memberikan mamfaat pada anak negeri.[]

Penulis, Akademisi Universitas Abulyatama (Unaya) Aceh Besar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *