Puisi Maskirbi: KESAKSIAN

KESAKSIAN
Orang-orang bersumpah, menyaksikan bencana lalu menyimpan dendam di dada yang terluka. Di langit yang berdarah. Orang-orang menangis sambil menggali kuburan sendiri. Orang-orang terpaksa membungkam untuk menyelamatkan kebenaran. Tapi bencana semakin di rancang untuk orang-orang lemah dan malang

Orang-orang semakin sukar memilih hak dan bathal segalanya telah di redam. Lalu sebagai sumber kecurigaan, orang-orang ketakutan menyebut nama sendiri, tak ada yang berani mencegah bencana demi bencana, tak ada lagi lelaki dan sebagai suami, semuanya dicurigai, semuanya dihabisi. Orang-orang Cuma bisa menyaksikan kebiadaban peradaban dan ketakberdayaan, sambil menantikan kematian yang sia-sia.

Malaikat menangis, menyaksikan maut yang dirampas, menyaksikan darah yang menetes dari langit. Orang-orang Cuma bisa berdoa, agar Tuhan menghentikan bencana yang disulut dari moncong senapan. Disini tak ada lagi tempat mengadu, kecuali kepada Yang Maha Tahu.

Lalu orang-orang menyimpan kesaksian dalam diam, lalu orang-orang menyimpan dendam dalam kesaksian, lalu orang-orang menyimpan dendam dalam diam, orang-orang menyimpan kesaksian.

Orang-orang menyimpan dendam, dalam diam dan kedukaan, dalam duka yang diam;

Masya Allah!
Diam membatu
Dendam membatu
Orang-orang bersumpah!

1990

Catatan:
Maskirbi adalah maestro puisi dan teater Aceh. Maskirbi yang lahir di Tarutung, Tapanuli Utara, 9 Oktober 1952, dilaporkan dan dinyatakan meninggal dunia bersamaan peristiwa tsunami Aceh, 26 Desember 2004.

Maskirbi, lelaki berdarah asli Aceh Selatan ini memiliki nama Mazhar ini merupakan pendiri Teater Mata Banda Aceh dan termasuk salah seorang tokoh teater modern Aceh.

Facebook Comments Box

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *