Sajak Desember
Kutanggalkan mantel serta topiku yang tua
Ketika daun penanggalan gugur
Lewat tengah malam…
Kemudian kuhitung
Hutang-hutangku pada-Mu…
Mendadak terasa: betapa miskinnya diriku;
di luar hujan pun masih kudengar…
dari celah-celah jendela…
Ada yang terbaring di kursi… letih sekali…
Masih patutkah kuhitung segala milikku…
Selembar celana dan selembar baju…
Ketika kusebut berulang nama-Mu;
taram temaram bayang, bianglala itu…
-1961-
INFO Terkait:
Catatan: Sapardi Djoko Damono adalah seorang guru besar (professor) kelahiran 20 Maret 1940. Ia seorang pujangga terkemuka di Indonesia. Putra pertama pasangan Sadyoko dan Saparian, terkenal dengan puisinya mengenai hal-hal yang sederhana namun penuh makna kehidupan.
Dalam dunia kesastraan Indonesia, Sapardi kerap dipandang sebagai sastrawan angkatan 1970-an. Ia banyak menerima penghargaan baik daalam maupun luar negeri. Di antaranya Cultural Award (Australia, 1978), Anugerah Puisi Putra (Malaysia, 1983), SEA Write Award (Thailand, 1986), Anugerah Seni Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1990), Kalyana Kretya dari Menristek RI (1996), Achmad Bakrie Award (Indonesia, 2003), dan ASEAN Book Award (2018).
Sajak-sajak Sapardi telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa daerah. Karya sastranya tidak saja puisi, tetapi juga cerita pendek. Beberapa puisinya sangat popular dan diminati banyak orang hingga saat ini. Seperti “Aku Ingin” (sering kali dituliskan bait pertamanya pada undangan perkawinan), “Hujan Bulan Juni”, “Pada Suatu Hari Nanti”, “Akulah si Telaga”, dan “Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari”.
Suami dari Wardiningsih dan dikaruniai sepasang putra putri, meninggal dunia pada 19 Juli 2020.[red 01]