Kisah Duo Babin Menembus Pedalaman Aceh Timur

Suasana jalur transportasi air di Desa Melidi dan Pante Kera Simpang Jernih Aceh Timur menuju Kualasimpang Aceh Tamiang.[FOTO: h7 – ist[

Catatan: Eddyanto SST

DUA Sosok berseragam lengkap ini, Koptu Mahyuddin Batubara dan Bripka Dennis sudah tak asing lagi bagi warga masyarakat Simpang Jernih, Aceh Timur.

Keduanya, adalah Bintara Pembina Desa (Babinsa) Koramil Simpang Jernih, Kodim Aceh Timur dan Bhabinkamtibmas Polsek Simpang Jernih, Polres Aceh Timur.

Kecamatan Simpang Jernih dengan beberapa wilayah desanya menjadi desa binaan kedua Babin ini. Keseharian mereka, lebih banyak menghabiskan waktu di desa binaannya tersebut.

Namun, bukanlah hal mudah bagi keduanya untuk bisa sampai di salah satu kecamatan terpencil di Aceh Timur ini. Butuh Perjuangan untuk bisa sampai ke desa tersebut.

Di samping letaknya yang terisolir, dengan naik boat tradisional yang menerjang sungai Kanan Simpang Jernih yang membutuhkan waktu lebih kurang 60 menit. Untuk bisa  sampai ke Desa Rantau Panjang, Simpang Jernih.

Butuh Infrastruktur Jalan dan Jembatan

Aktifitas warga Kecamatan Simpang Jernih Kabupaten Aceh Timur yang masih terbilang sebagai daerah terpencil di wilayah tersebut. Masih sangat tergantung dari jalur transportasi air atau sungai.

Aktifitas menggunakan transportasi air di sepanjang sungai itu kerap sudah menjadi kebutuhan warga sejumlah desa di Kecamatan Simpang Jernih ini seperti Desa Melidi dan Pante Kera. Terutama bila hendak menuju pasar Kota Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang untuk berbelanja atau keperluan lainnya.

Pasalnya, hingga saat ini warga Simpang Jernih yang ingin berbelanja barang-barang keperluan keluarga harus ke Pasar Kualasimpang, Kabupaten Aceh Tamiang. Dimana perjalanan dengan menggunakan boat atau sampan/rakit bisa ditempuh berkisar 2 hingga 3 jam.

Sementara bila warga hendak ke Pasar Kabupaten Aceh Timur, sepertinya tidak memungkinkan. Karena jarak tempuh yang jauh dan lebih lama lagi serta kondisi  jalan yang belum bagus.

Baca Juga  Jus Berri Berbagi ala PAUD Al Madani Langsa

Koptu Mahyuddin Batubara dalam salah satu kesempatan belum lama ini menceritakan perjalanan yang tidak mudah untuk menuju ke desa binaanya tersebut.

“Tidaklah mudah untuk mencapai desa desa  tersebut. Tetapi demi mengemban tugas sebagai abdi negara, tetap harus dilakukan dengan tulus dan ikhlas. Meskipun harus menyusuri sungai dengan tantangan alam yang mendebarkan tetap harus semangat,” ujarnya.

Resiko
Demikian pula halnya yang dirasakan masyarakat setempat. Karenanya, warga pedalaman Aceh Timur ini cenderung berbelanja kebutuhan keluarga ke kabupaten tetangga Aceh Tamiang. Meski terkadang perjalanan mereka dengan boat ini penuh resiko dan berbahaya terlebih bila air sungai banjir.

“Mau tidak mau, kondisi rawan dan berbahaya ini sudah menjadi potret keseharian warga pedalaman Aceh Timur ini dan harus mereka lakoni,” sebut Babhinkamtibmas Polsek Simpang Jernih, Bripka Dennis belum lama ini.

Warga tentunya berharap dan selalu berdoa agar kedepannya Pemerintahan Kabupaten Aceh Timur memfokuskan untuk memberikan insfratruktur jalan dan jembatan penghubung antar dua desa diwilayah ini.

Dengan menyatukan perjalanan darat antara Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Aceh Tamiang. Diyakini aktifitas ekonomi warga dan daerah lebih hidup dan berkembang untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur.

Bripka Dennis mengatakan aktifitas transportasi air didesa binaaannya tersebut sering padat dihari Sabtu dan Minggu. Kondisi padat ini, mengharuskan kerja ekstra para pengemudi boat dan pengemudi rakit dikarenakan hilir mudiknya warga dalam penggunaan transportasi air ini.

Lebih dominan di kedua hari tersebut. Bila Sabtu, bagi anak anak warga ada yang pulang dari sekolah dan kuliah di kota dan kembali lagi pada Minggunya.

“Itu saja sudah memadati hilir mudiknya warga dimana ditambah lagi Sabtu dan Minggu itu juga warga yang berbelanja mingguan atau pasar pekan,” sebutnya.

Baca Juga  Pesan Pangdam IM pada Peringatan Nuzulul Quran

Lanjut Bripka Dennis, akan kondisi geografis yang kurang menggembirakan ini,  demi mengoptimalkan komunikasi sosial (Komsos) di wilayah pedalaman Aceh Timur ini, Satuan Komando Kewilayahan terhadap komponen masyarakat,  Babinsa dan Babinkamtibmas harus selalu memonitor kegiatan masyarakat di desa binaannya.

“Monitoring wilayah itu perlu dilakukan terus menerus. Tidak cukup jika hanya memonitoring lewat telepon seluler/handphone. apalagi mengingat lokasi di desa itu kurang sinyal,” sebutnya.

Humanis
Adanya Babinsa dan Babinkamtibmas yang sering ke desa, akan memberikan rasa aman dan nyaman bagi warga masyarakat yang ada disini. Sehingga terjalin hubungan yang harmonis.

“Kedua Babin ini sangat humanis,” sebut Ridwan, Geuchik (Kepala Desa) Rantau Panjang.

Di mata masyarakat, Koptu Mahyuddin Batubara dan Bripka Dennis adalah sosok sosok Babinsa dan Babinkamtibmas yang ringan tangan dan humanis. Selalu ada di tengah-tengah masyarakat. Inilah yang diharapkan masyarakat. Semoga.[halaman7.com]

Selamat Hari Bhayangkara ke 77, Polri Presisi – prediktif, responsibilitas, dan transparansi berkeadilan.

(Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Artikel Feature Jurnaliştik Hari Bhayangkara ke 77 tahun 2023)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *