Cerpen Aji Setiawan: Dahsyatnya Surat Waqi’ah

Aji Setiawan

LETIH sudah memasuki tahun penuh harapan. Doa dan usaha baru harus dipatri dalam relung dada, dikemas, epik tidak lagi dengan elegi. Di mata, langit muram durjana. Gelap awan, menyapu hari seminggu terakhir di awal tahun menurunkan bala dan malapetaka. Di pantura Jawa, tanggul jebol menimbulkan banjir di mana-mana.

Ya dzikir dan doa terpanjat, sembari mengalunkan tiap langkah jari jemari memgetuk kenut layar HP ku. Aku harus menulis.

Hidupku dalam setahun. total jenderal dari menulis. Walau tidak seberapa, semua ku syukuri dengan al hamdulillah. (sayup-sayup dendang lagu Opick mengalun pelan..alhamdulillah, ku bersyukur. Jalani hidup…..). Memompa semamgatku melewati hari-hari yang menua semakin letih.

Gemuruh deretan kata yang sudah pasti ku ketik dan amat jarang kuberbalik. Langkah mengedit ulang, karena dari awal menulis selalu saja derasnya ide liar kutulis pelan dan kutatah, baris demi baris kalimat agar mudah dirunut dan berkisah dengan runtut.

Sebenarnya memgurutkan kisah kejadian demi kejadian itu plot cerita. Kita diingat pelajaran dahulu kala, saat diajari gimana menulis cerita tentang kecelakaan lalu lintas dalam sebuah berita.

Ternyata uniknya, cerita kisah kecelakaan lalu lintas malah saya sendiri jarang menulisnya. Karena justru berita kegiatan kampus, kegiatan keagamaan dan politik yang sering kupilih jadi berita. Karena, tidak semua bisa jadi berita besar dan penting. Ya berita kriminalitas yang dahulu tiba-tiba buser, tangkap, berita88, kriminal tiba-tiba musnah juga seiring hilangngnya kisah mitologi ghaib, mistis, angker.

Kini ruang ramalan awal tahun ini adalah resesi. Stagnan, statis, ajek, beku seakan menyisakan ruang kuburan massal saja setelah pandemi, krisis energy, krisis pangan dan perubahan iklim.

Baca Juga  Puisi Iranda NV: B e e

Perang global, mungkin tidak terjadi. Yang terjadi adalah konflik di beberapa pecahan blok timur dan blok barat. Ketegangan yang sifatnya lokal itu baiknya dilokalisir dalam sebuah negara tanpa harus mengajak semua negara untuk saling berperang dalam upaya kuasa dan penaklukan.

Di tahun penuh harap-harap cemas, setelah ekonomi mandek ada ruang baru dari ekosistem cara beradaptasi yang evolusioner itu yaitu skrip (sisa) dari gempuran dahsyatnya huru hara kiamat yang tidak satu pun orang kapan datangnya, karena semua memgandai-andai saja.

Tentu dampak situasi tak menentu itu membuat celah, semakin egoiskah atau semakin bebal? Dengan dampak perang global yang sudah menghabiskan puluhan juta orang dari berbagai benua?

Alhamdulillah, saya masih hidup, bisa makan, sehat, kerja dan bisa berusaha. Sedari pagi sampai sore, kubaca pelan berita demi berita. 2023 melangkah ke 2024 adalah tahun-tahun politik. Diagendanya sudah tampak terbentang tinggal rekrutmen calon parlemen dan pemimpin negeri.

Di tengah derap laju pembangunan, musibah serasa belum berhenti datang bertubi-tubi. Alam memang membuat suasana cemas dan takut. Ruang itu bisa dikikis, dengan pasrah kepada-Nya. Segera, ambil wudhu begitu terdemgar adzan dan bentangkan sajadah dirikan shalat.

Ya Allah Ya Rabby ..Ya Allah…kutulis pelan, entahlah Hujan deras yang mengguyur, belum saya pantau kondisi jalan yang sudah rusak atau malah akan menjadi jalur seperti kubangan sawah. Karena hujan, lebih baik jalan kaki. Karena dijamin, jalan rusak dan membuat motor tambah rusak.

“Ini memang jaman apa?” kata imam mushala sambil pernah menggeluh dan penuh menggerutu. Tapi puncak kesabaran dan keteguhan dalam berprinsip harus dicontoh dan diteladani.

Di desaku, doa bersama menjadi kegiatan rutin berjamaah. Ada yang mingguan, bulanan suasana religius kampung halamanku memang kental.

Baca Juga  Masjid Babussalam Terima CSR Bank Aceh Rp200Juta

Di dusunku saja sekarang ada 13 Mushala dan 3 Masjid. Kesannya ada yang modernis dan tradisional. “Tapi al ikhtilafu ila rahmah (berbeda tapi tetap berkasih sayang),” demikian pesan sesepuh.

Perbedaan tidak menjadi jurang perpecahan dan permusuhan. Memang cuaca rembulan separuh terasa cukup membuat jamaah segera masuk ke mushola dan segera memulai acara pembacaan manakib, yasinan atau dzikir bersama.

Hidup di kampung yang penuh kedamaian yang dicari adalah keberkahan. Turunnya rahmat dari Tuhan, itu perlu dicari dan diusahakan sembari iringan doa. Gabungan antara dzikir , fikir dan kerja akan menimbulkan suasana produktif untuk berkarya dan berkreasi.

“Karena menghadapi jaman sekarang, yang bala dan bencana datang bertubi-tubi. Dengan membaca doa bersama semoga desa kita jauh dari bala dan bencana.

“Yang penting istiqamah, jangan minta karamah. Lebih baik aja, dengan amal nanti akan berbuah sendiri.” pungkas Kyai.

Kadang suasana kepepet nggak terkira, kutebus dengan membaca QS Yasin dan QS Waqiah. Memang kadang muncul keajaiban dengan membaca QS Waqiah 3 x bada Shalat Ashar. Rejeki datang sendiri, nggak usah dicari. Lebih mudah lagi dibaca 14x .Tinggal tunggu saja, deretan kabar rezeki yang datang bertubi-tubi. Kalau kau tak percaya, silahkan buktikan sendiri.[halaman7.com]

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *