Aceh Primitif: Banjir Dimana-mana, Listrik Padam, Koneksi Internet Putus

Aspol Lhoksukon, Aceh Utara, terendam banjir.[FOTO: h7 - warnet]

Pembaca halaman7.com yang berbahagia dan senantiasa dalam lindungan Allah SWT

SEAKAN kembali ke zaman primitif. Begitulah kondisi Aceh saat ini, provinsi paling ujung barat Pulau Sumatera Indonesia ini. Sebagian besar wilayah direndam banjir, hingga listrikpun padam total. Tak mau ketinggalkan para proveder pun ikut-ikutan memutuskan jaringan hingga koneksi benar-benar lenyap.

Kondisi ini seakan membawa Aceh masa-masa lalu jauh sebelum di sebut zaman modern. Daerah porak poranda akibat banjir, dunia gelap tanpa penerangan, karena listrik padam. Komunikasi terhambat, karena koneksi internet terputus.

Kondisi banjir ini semakin diperparah dengan padamnya listrik. Tentu ini sangat merugikan masyarakat. Karena listrik yang menjadi kebutuhan utama manusia saat ini menjadi sarana vital yang harus tetap menyala.

Banyak aktivitas manusia saat ini sangat membutuhkan dukungan arus listrik. Termasuk jaringan internet yang ikut-ikutan terputuh tanpa koneksi, semakin membuat keterpurukan kondisi yang hebat.

Melihat kondisi seperti ini, lalu untuk apa yang namanya “Apel Kesiapasigaan Bencana” yang saban tahun dilakukan. Namun saat bencana seperti ini tak mampu berbuat apa-apa. Yang mampu hanya bisa ikut melihat dan sedikit membantu, itupun karena keterpaksaan, karena sudah terlanjur menjadi bagian tugas dan kewajiban.

Saat ini di sebagian besar wilayah di Aceh saat ini dilanda banjir yang merendam perkotaan dan perkampungan penduduk. Hujan yang tiada henti dalam pekan ini, selalu dijadikan alasan. Seakan-akan manusia di bumi Aceh ini menyalahkan Tuhan yang telah memberikan rahmatnya dengan menurunkan hujan ke muka bumi yang berjulukan ‘serambi mekah’ ini.

Sebagai insan beriman, seharusnya kita menghindari mencela hujan yang diturunkan Allah ke muka bumi ini. Mengeluh dan menyalahkan hujan bisa dikatakan menyerupai  kekufuran terhadap qadarullah.

Baca Juga  Jurnalisme Berkualitas dan Bermartabat

Nabi Muhammad SAW, saat menghadapi hujan lebat selalu berdoa “Ya Allah jadikanlah (hujan ini} lebat yang bermanfaat”. (HR Bukhari).

“Kami diberi hujan dengan karunia dan Rahmat Allah, setelah hujan reda” (HR Muslim).

Jadi hujan deras dan lebat yang berkepanjangan ini bukan hanya ujian, tapi juga rahmat Allah yang harus disyukuri, sambil memohon perlindungan dari mudaratnya, seperti banjir saat ini.

Bagi yang telah terlanjur berikrar dan bersumpah saat “apel kesiapsigaan bencana”, coba buktikan bahwa anda-anda memang terpanggil guna melakukan yang terbaik mengatasi penyakit klasik di Aceh ini yang bernama bencana banjir.

jembatan di kawasan enang-enang putus akibar erosi banjir.[FOTO: h7 – ist]
Begitu juga pihak PLN dan proveder internet, selayaknya hal ini sudah menjadi bagian kesiap siagaan untuk pencegahan sebelum semuanya terjadi seperti ini. Jangan berpikir pola efek domino seakan ngalir dengan menyalahkan sebab akibatnya.

Jika tulisan ini telah sampai ke tangan pembaca semua, bukan berakrti banjir hujan telah reda dan banjir telah surut habis. Begitu juga bukan karena listrik telah menyala diseluruh Aceh atau jaringan internet sudah normal kembali.

Tapi itu semua karena nikmat Allah dan anda beruntung telah merasakan sebagian dari nikmat dunia yang telah sedikit pulih.[h7]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *