Aceh  

Tim Penertiban Krueng Aceh, Cari Masalah di Weu Leumoe

Usman Lamreueng

halaman7.com  Banda Aceh: Pembongkaran bangunan sepanjang bantaran Krueng Aceh, melintasi tiga kecamatan di Aceh Besar, sejak 10 Oktober 2020 mulai dikerjakan.  Hanya saja, ada kesan, Tim Pemkab sengaja cari masalah dengan mengurusi Weu Leumoe (Kandang Sapi)

Kecamatan itu meliputi Ingin Jaya, Kuta Baro, dan Krueng Barona Jaya. Dimana, sejak 10 Oktober 2020 hingga sekarang sedang dilakukan pengerjaan.

Tentu pembongkaran bantaran Krueng Aceh sudah dilakukan sosialisasi oleh Pemkab Aceh Besar dua bulan yang lalu. Dalam sosialisasi tersebut disampaikan pembongkran bangunan sepanjang Krueng Aceh untuk kepentingan kawasan Aceh Besar dan Banda Aceh agar bebas banjir. Secara umum masyarakat seputaran bantaran Krueng Aceh yang memiliki lahan dan bangunan bersedia untuk membongkar sendiri.

Hanya saja, Tokoh muda, Aceh Besar Usman Lamereung, mengatakan, dalam beberapa hari ini. Pihaknya dapat informasi masyarakat seputaran Krueng Aceh. Khusus masyarakat Krueng Barona Jaya yaitu Gampong Rumpet, Gampong Lamreung Mns Papeun, dan Lamreung Mns. Baktrieng.

Mereka menyampaikan, Tim Pemkab dan unsur lainnya membongkar lebih dulu bangunan kandang sapi (Weu Leumoe). Padahal saat sosialisasi dengan masyarakat, di usulkan seorang keuchik (Kepala Desa) agar Weu Leumoe menjadi pertimbangan. Dengan alasan banyak kelompok masyarakat yang memilihara sapi tidak punya kandang dan tanah ditempat lain.

“Banyak para pemelihara sapi adalah masyarakat miskin yang diberikan modal donatur dengan bagi hasil. Sedangkan tanaman tua, dan rumah, harus dibangkar sendiri masyarakat,” ujar Usman, Rabu 14 Oktober 2020.

Juga dalam pertemuan tersebut disampaikan, lahan bantaran Krueng Aceh tersebut tetap masih bisa digunakan masyarakat. Baik untuk lahan pertanian dan sarana olahraga (lapangan bola kaki dan lainnya).

Baca Juga  Komjen Boy Rafli Kunjungi Polda Aceh

Menjadi pertanyaan kenapa pembongkaran lebih awal weu leumoe. Padahal dalam sosialisasi pertemuan Tim Pemkab dan masyarakat bahwa kandang sapi menjadi salah satu pertimbangan Tim Pemkab Aceh Besar untuk tidak dibongkar.

“Harapan masyarakat seputaran krueng Aceh pada Bupati Aceh Besar untuk menjadi pertimbangan,” ujar Usman.

Masalahnya, lanjut Dosen Unaya, Aceh Besar ini, tidak ada lahan untuk membangun kembali kandang sapi dan tidak mungkin membangun kandang di dalam perkampungan warga. Karena dapat mengganggu kesehatan lingkungan.

“Kami sangat kecewa atas kebijakan Pemkab Aceh Besar mempercepat pelaksanaan pembongkaran bantaran Krueng Aceh,” ujar Usman.

Akademisi yang dikenal kritis ini menyatakan, kondisi ekonomi masyarakat morat marit yang tidak menentu. Pemkab Aceh Besar melakukan pembongkaran bangunan. Tentu ini bakal berimbas pada masyarakat sekitar yang selama ini bergantung ekonominya didaerah tersebut. Diantaranya menambah pengganguran dan beban sosial.

“Pemkab Aceh harus ada solusi dan kebijakan untuk antisipasi masalah tersebut,” saran Usman.

Seharusnya, lanjut Usman, dalam kondisi Covid-19 dan ekonomi masyarakat tak tentu. Bupati Aceh Besar mempertimbangkan untuk menunda pembongkran sampai Desember 2020. Saat ini memang masyarakat menengah kebawah sangat berpengaruh kondisi ekonomi. Dimana daya beli dan aktifitas ekonomi sangat tak berdaya.

Usul Tambahan

Dikatakan, seyogianya Bupati Aceh Besar beserta seluruh jajaranya tidak bisa mengurangi beban rakyat yang sedang diterpa bencana wabah Covid. Kemungkinan juga akan dihempas badai resesi ekonomi.

“Jadi jangan lah menambah beban yang tidak perlu bagi rakyat demi pencitraan semata,” pungkas Usman.[ril | red 01]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *