halaman7.com –Takengon: Pengurus Menasah Adi Genali langsung mengecat Menasah Adi Genali, setelah menerima donasi dari Pengurus Ikatan Musara Gayo Jabodetabek.
“Berijin bewene ku ari Ama, Abang, sudereku si ranto si nge menyumbang kin mersah awal datu muyang te. Mudah-mudahan, urum keikhlasan ne, diberi keberkahan wan kehidupan te, amiin allahumma amiin. (Terima kasih untuk semua saudara di perantauan, yang sudah memberi sumbangan untuk musala leluhur kita, mudah-mudahan dengan ke ikhlsan, diberi berkah dalam kehidupan kita semua. Aamiin…),” kata salah satu pengurus, Kholil di Linge, Aceh Tengah, Senin 13 April 2020.
Diakui Kholil, pengurus Menasah Adi Genali benar telah menerima donasi dari pengurus Ikatan Musara Gayo Jabodetabek pada 6 April 2020 yang lalu. Dana ini digunakan untuk pengecatan menasah.
Secara terpisah, salah satu pengurus yang sekaligus Bendahara Urum Ikatan Musara Gayo Jabodetabek, Erwin Mustapa, menuturkan, ada warga Gayo Jabodetabek yang pulang kampung ke Takengon, Kabupaten Aceh Tengah. Kemudian, mengunjungi situs-situs bersejarah di Linge. Termasuk, Menasah Adi Genali.
Adi Genali yang menjadi nama menasah tersebut, jelasnya, merupakan raja pertama Kerajaan Linge yang merupakan kerajaan tertua di Aceh.
“Saat warga kita tadi bertemu dengan pengurus Menasah Adi Genali, mereka mengharapkan bantuan donasi dari Musara Gayo untuk pengecatan menasah. Sepulangnya dari Takengon, langsung disampaikan ke beberapa pengurus dan alhamdulillah terkumpul Rp2,5 juta,” ujarnya.
“Pada 6 April 2020 yang lalu, langsung kita ditransfer ke pengurus menasah,” tutur Erwin.
Hal tersebut, lanjutnya, merupakan bentuk kepedulian dan partisifasi Ikatan Musara Gayo Jabodetabek dan masyarakat Gayo perantauan terhadap Tanoh Tembuni, Tanoh Gayo. Apalagi, Menasah Adi Genali merupakan situs bersejarah di Gayo.

Menurut penuturan masyarakat setempat, menasah inilah yang pertama di Linge (Gayo). Termasuk, penentuan awal arah kiblat salat di Gayo (Aceh) bermula dari menasah tadi. Ternyata, sesuai dengan arah kiblat.
“Padahal, waktu itu, belum ada teknologi seperti sekarang. Karenanya, disebut menasah awal munyang datu (menasah pertama munyang datunya orang Gayo),” kata Erwin.[ril | red 01]