halaman7.com – Banda Aceh: Pemerhati Sosial Kemasyarakatan Aceh, Usman Lamreung, mengungkapkan, kehadiran perusahaan minyak raksasa PT Medco di Kabupaten Aceh Timur, harus memberikan dampak dan manfaat positif bagi masyarakat yang berada dilingkar ring satu.
Perusahaan tambang minyak milik swasta tersebut harus memberdayakan warga terdampak pada eksploitasi minyak mentah milik PT Medco. Program pemberdayaan masyarakat itu bisa dialokasi lewat anggaran CSR.
“Jangan sampai mereka termarginal oleh sistem dan keadaan,” tegas Usman Lamreueng, Rabu 9 Desember 2020.
Dikatakan, perusahaan minyak PT Medco, sudah seharusnya punya strategis program pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan. Tinggal bagaimana strategi dan program tersebut di implementasi melibatkan partisipasi masyarakat.
Selama operasi ekspoitasi Medco sudah melaksanakan berbagai program kepada warga lingkar perusahaan. Baik program bersifat bantuan, pelatihan dan program pemberdayaan. Salah satu adalah program padi sri toga dan sorga.
“Namun program tersebut gagal, dan tidak berjalan lagi,” ujar dosen Unaya, Aceh Besar ini.
Hasil wawancara warga lingkar, lanjut Usman, Medco di 2020 ini ada beberapa program bantuan dan pelatihan diberikan kepada warga lingkar. Yaitu, budidaya ubi kayu di Desa Blang Nisam. Kegiatan bersifat charity seperti bantuan masker, westafel (Covid-19), daging meugang ke stakeholder, dan penimbunan jalan desa.
Namun untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat pemberdayaan sangat minim. Medco lebih banyak pada kegiatan-kegiatan seremoni, daripada program-program berdampak pada penguatan sosial ekonomi dan program jangka panjang.
Karenanya, Usman menyarankan, agar pada 2021 Medco harus fokus pada pemberdayaan warga lingkar. Tingkat kemanfaatan pada penguatan sosial ekonomi dan beasiswa pendidikan studi lanjut.
Ini dilakukan agar warga sekitar terbedayakan dan bisa bekerja di perusahaan tersebut. Jangan hanya program dan kegiatan yang tingkat kemanfaatannya hanya sesaat. Namun harus berdampak pada jangka panjang.
“Begitu besar dana CSR, sudah semestinya warga sekitar terbedayakan dengan baik. Bukan malah sebaliknya miskin,” ujarnya.
Dampak Program
Dikatakan, program-program yang bersifat charity hanya berdampak sesaat. Sebagai contoh program penimbunan jalan desa. Hanya 30 hari setelah ditimbun, lubang jalan kembali menganga akibat hujan maupun gerusan banjir dua hari lalu.
Program-program pemberdayaan seperti padi sri toga dan sorga belum memberikan hasil pada meningkatnya pendapatan warga. Bahkan pada masa tanam saat ini, kelompok tani Desa Alue Itam (lokasi program padi sri) kembali ke pola tanam konvensional.
“Program domba juga gagal, hilang tidak berbekas. Hanya menyisakan kandang kosong di Desa Alue Patong, dan pada sebuah sekolah kejuruan di Desa Bandar Baro,” ujar Usman.
Polusi Bau
Dikatakan, polusi bau berdasarkan hasil kajian tim IPB Bogor berasal dari proses produksi. Artinya selama kilang tersebut berproduksi (puluhan tahun) warga sangat berpotensi kembali akan mencium bau busuk kedepannya.
Terkait hal tersebut semestinya, Medco mensosialisasikan kepada warga areal proyek (CPP) tentang upaya-upaya apa saja akan dilakukan perusahaan. Guna meminimalisir emisi (polisi bau) dari proses produksi/operasional kilang.
Setiap proyek tentunya akan berdampak positif dan negatif. Beberapa dampak negatif dalam dua tahun ini dinilai belum terkelola secara baik. Sehingga dikuatirkan akan menjadi konflik sosial perusahaan dan warga lingkar.
“Seperti aksi blokade jalan ROW oleh warga Desa Tepin Raya baru-baru ini. Sehingga operasional perusahaan menjadi terganggu,” ujar Usman memberi contoh.
Berbagai faktor menjadi akar masalah terjadinya konflik sosial. Salah satunya tidak tersalurkannya aspirasi dan permasalahan yang ada di masyarakat seperti CSR. Polusi bau, air sungai tercemar dan lainnya sehingga bereskalasi menjadi konflik sosial.
Terkait hal tersebut, Usman berharap Medco benar-benar serius menyusun konsep penyampaian keluhan atau grievance mechanism. Agar warga lingkar terfasilitasi dan warga bisa menyampaikan keluhan dengan baik.[ril | red 01]