Ada Apa dengan Sekda Aceh…?

Catatan: Usman Lamreueng

ACEH disandang lagi dengan sebutan daerah miskin di Sumatera, sesuai yang sudah dirilis oleh BPS diberbagai media. Ini kesekian kali Aceh mendapatkan predikat miskin se-Sumatera. Namun ironisnya angka miskin tidak pernah turun dibawah satu sampai dua persen.

Artinya persentase kemiskinan terus berkutat pada 15 persen, biarpun berbagai program pembangunan dalam berbagai sektor sudah digulirkan dengan menghabiskan anggaran triliunan, namun Aceh tetaplah dalam keadaan miskin.

Mengapa Aceh terus di sandangkan daerah miskin? Ditingkat provinsi terobosan apa yang sebenarnya sudah dilakukan Gubernur dan Sekda Aceh dengan anggaran Otsus begitu fantastis. Kenapa masih ada temuan BPS Aceh belum sejahtera, dan masih miskin? Apakah kedua pejabat tersebut sibuk dengan jalan-jalan, dan melupakan tugas substansinya.

Untuk itu kita lihat kinerja Sekda Aceh, yang selama ini fokus dengan program ‘BEREH’ di dua bidang yaitu bidang pendidikan dan kesehatan. Terkesan fokus kinerja Sekda Aceh hanya mengurus dua instansi Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan. Terkesan Sekda Aceh mengambil alih kerja-kerja kepala dinas terkait, padahal itu adalah tugas dan fungsi kepala dinas.

Tugas dan fungsi Sekda Aceh adalah penyelenggaraan perumusan kebijakan umum Pemerintah Daerah Provinsi; Penyelenggaraan koordinasi, administratif,supervisi, pembinaan, pengendalian, dan fasilitasi pelaksanaan urusan pemerintahan Daerah Provinsi oleh Perangkat Daerah;

Lalu, Penyelenggaraan fasilitasi pelaksanaan urusan pemerintahan Daerah Provinsi oleh Perangkat Daerah, Penyelenggaraan administrasi Sekretariat Daerah; Penyelenggaraan evaluasi dan pelaporan Sekretariat Daerah; dan Penyelenggaraan fungsi lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

Namun bila dilihat selama ini, kinerja Sekda Aceh tidak sesuai dengan tugas dan fungsinya. Tugasnya sudah merangkap di semua bidang, termasuk mencaplok kerja Kepala Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, dan sebagainya. Untuk apa juga fungsi Kepala Dinas, Kepala Cabang Dinas di daerah kabupaten/kota, dan kepala sekolah. Sudah sangat wajar masyarakat heran dan mengkritik kinerjanya.

Baca Juga  Politik Uang Hasilkan Produk tak Berkualitas

Sebagai contoh program zikir lima menit setiap hari via zoom, namun setelah acara Zikir masuk dengan agenda marahin ASN/Guru, jadi efek zikir tidak ada. Padahal dengan zikir tersebut diharapkan ada keberkahan, kedamaian dan kesejukan. Namun sepertinya Sekda Aceh salah memposisikan kegiatan rutinitas zikir tersebut.

Sekda Aceh dianggap ASN/Guru memposisikan dirinya serba bisa dan paling mengerti semua hal. Kata-katanya-pun kadang tidak memberikan contoh yang baik disaat Zoom Zikir usai pada setiap pagi saat seksi interaktifnya.

Hasil wawancara kami dengan berbagai sumber, menyebutkan Sekda Aceh sosok yang gila kerja dan oportunis. Akan tetapi dia tidak bisa mengayomi rekan kerja dan menginspirasi bawahannya. Sehingga setiap kebijakan dan terobosan beliau tidak dapat berjalan maksimal di tambah lagi beliau tidak mampu membangun jaringan dengan stekholder yang lain, selalu hanya sendiri.

Ada sebagian sumber menyebutkan bahwa program Zikir, tidak membawa keberkahan dan rasa damai. Karena program zikir hanya 5 menit, dan interaktif, monitoring waktu sampai 30-40 menit, menyita jam belajar siswa, dan juga mempengaruhi proses belajar mengajar. Kalau hanya monev vaksin kan cukup kepala sekolah yang melaporkan, dan pun zikir banyak sekolah dilakukan pada hari jumat.

Program Bereh

Beberapa sumber menyebutkan, program ini membawa dampak yang baik dalam managemen sekolah seperti pemantauan sekolah melalui kegiatan sidak langsung. Juga program BEREH, ada sebuah keberhasilan terutama dalam kenyamanan lingkungan sekolah. Sekolah harus bersih, rapi, MCK wajib bersih dan kepedulian warga sekolah terhadap lingkungan.

Dari wawancara menyebut positif dari Sekda Aceh, pekerja keras dan tangguh, mempunyai kemauan dan tekad yang tinggi dalam mewujudkan setiap ke inginan dan fokus pada pekerjaan. Disiplin tinggi dan selalu mobile dalam mengawasi bawahan bahkan sampai turun ke daerah daerah untuk memantau program pemerintah.

Baca Juga  Besok, Cawapres Muhaimin Kampanye di Aceh

Tegas dalam tindakan dan selalu memberikan reward dan pujian bila ada bawahan yang bagus dan memuaskan kinerjanya, dan memberikan teguran apabila ada bawahan yang melakukan kesalahan.

Sekda Aceh jangan hanya mengurus sekolah dan puskesmas saja, tapi masih banyak sektor dan bidang lainnya yang perlu dilakukan perubahan dan reformasi birokrasi, pelayanan publik, pengentasan kemiskinan dan mengurangi upaya tindakan korupsi.

Persoalan tersebut juga menjadi penting, untuk segera diselesaikan dengan berbagai kebijakan dan pengendalian internal. Apalagi persoalan kemiskinan yang belum selesai, seharusnya juga dilakukan pembenahan, seperti pengendalian data.

Jangan hanya fokus sekolah, tapi fokus juga sektor lainnya jangan sampai Sekda Aceh dianggap rasa kepala dinas, padahal Sekda Aceh. Maka sudah semestinya Sekda Aceh benar-benar bekerja sesuai tupoksi sekda, bukan kepala dinas, atau mengambil alih tugas kepala dinas.[halaman7.com]

Facebook Comments Box

Respon (1)

  1. Miskin pendapatan ekonomi Karena penggangguran semakin banyak dan hasil yang di dapat tak sesuai kebutuhan rumah tangga tapi kita maunya kita ubah cara memberikan bantuan kepada masyarakat miskin kalau cuma bantuan 300 RB sampai 1 jta perbulan sampai kapan GaK kan sembuh ekonomi masyarakat harapan bantuan maksimal yg menjadi sumser pandapatan misalnya penganggakatan PNS TNI Polri satpam dan sejenisnya pemberian lahan pertanian.pemberin lapangan kerja tetap

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *