Nova Gagal Memimpin Aceh

Nova Iriansyah

halaman7.com – Banda Aceh: Akademisi Unaya, Usman Lamreueng menilai Aceh dibawah pemerintahan Gubernur Nova Iriansyah minim prestasi dan belum mampu membawa Aceh keluar dari kemiskinan.

Malah banyak kegagalan merealisasikan Rencana Program Jangka Menengah (RPJM) sesui visi dan misi yang dijanjikan saat kampanye. Baik sejak awal pemerintahan Irwandi Yusuf dan Nova Iriansyah, hingga Nova menjadi Gubenur.

Program-program pro rakyat yang sudah dicetuskan malah gagal dilaksanakan dengan baik. Seperti program rumah duafa, program UMKM, bantuan dana recofusing tidak tepat sasaran, gagal menghadirkan investor, kasus Leumoe Pijut (sapi kurus). Belum berfungsi Kawasan Industri Aceh (KIA) Ladong, hengkangnya Investor, KEK Arun jalan ditempat termasuk gagal menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran.

Usman Lamreung

“Kegagalan yang paling dasar adalah tata kelola pemerintahan yang buruk dan ditambah dengan budaya korupsi,” tegas Usman, Rabu 15 Juni 2022, memberi review kepemimpinan Nova Iriansyah sebagai Gubernur Aceh.

Dikatkan, Korupsi adalah muara kegagalan pemerintahan Nova Iriansyah. Tata kelola pemerintahan dan birokrasi yang korup. Bisa dilihat dengan meningkatnya kasus korupsi seperti kasus sapi kurus, kasus pembangunan Jetty Kuala Krueng Pudeng, kasus korupsi beasiswa, Wastafel dan datangnya KPK ke Aceh.

Semua masalah tersebut awal kegagalan Aceh dibawah kepemimpinan Gubernur Nova Iriansyah. Belum lagi hubungan legislatif dan eksekutif tidak harmonis, sampai terjadi mosi tak percaya pada Gubernur Nova Iriansyah.

Lebih parah lagi Gubernur Nova Iriansyah membuat kegaduhan dengan tidak melantik Ketua Majelis Adat Aceh (MAA) Badrulzaman Ismail yang jelas-jelas sudah berkekuatan hukum hasil Mubes 2018, sesuai keputusan Makamah Agung.

Alih-alih melantik Badrulzaman Ismail, malah menunjuk Plt MAA dan perintah laksanakan mubes MAA kedua menganulir keputusan pengadilan yang berkekuatan hukum. Hingga sampai sekarang berakhir tahta kekuasaan Nova lenser MAA terus berpolemik, tanpa kesudahan dan tanpa ketua definitif.

Baca Juga  Ayah Bejad Pemerkosa Anak Kandung di Aceh Besar

Dibawah pemerintahan Gubernur Nova realisasi bidang Keistimewaan Aceh sepertinya banyak masalah, selain babak belurnya MAA, Syariat Islam masih belum mampu dijalankan dengan baik. Seperti penegakan hukum syariat, penguatan pendidikan dan aqidah sesuai dengan kearifan lokal dan terkesan serimonial, malah parah lagi semakin pudar dan tak tentu arah.

“Pendidikan sesuai dengan kearifan ke-Acehan hingga saat ini belum ada, hingga nilai-nilai budaya keacehan semakin redup dan hilang,” ujarnya.

Wali Nanggroe

Begitu juga peran Lembaga Wali Nanggroe lima tahun terakhir juga belum memberikan kontribusi jitu baik penguatan nilai adat, sejarah, budaya, pemikiran, gagasan ataupun fatwa kepada pemerintah Aceh.

“Malah terkesan tidak ada peran apapun lembaga keistimewaan tersebut untuk kepentingan rakyat Aceh, terutama mendorong pemerintah Aceh mensejahterakan rakyat,” ungkap Usman.

Diakhir pemerintahan Gubernur Nova Iriansyah dalam sebulan ini, bukannya semakin dekat dengan rakyat, mempercepat realisasi berbagai kebijakan untuk kepentingan kesejahteraan rakyat. Malah ironisnya Nova Iriansyah melakukan kujungan ke luar negeri (Amerika) dengan membawa rombongan. Bila dilihat dari kunjungan tersebut tidak ada kaloborasi untuk kesejahteraan masyarakat, malah terkesan lebih program jalan-jalan dan bertamasya ke luar negeri.

Nova bukanya menyelesaikan kisruh MAA, malah kabar beredar Gubernur mempercepat melakukan seleksi Direktur dan direksi Bank Aceh, ada apa ini? Juga mempercepat realisasi hibah bantuan kepada Partai Politik, yang kamarin diberikan secara simbolis kepada Partai Politik?.

“Kenapa Gubenur Nova diakhir jabatan kekuasaan banyak kebijakan dan terbosan lebih dominan dilakukan untuk kepentingan elit, tapi sedikit untuk kepentingan rakyat,” tanya Usman.

Masih banyak lagi kegagalan Gubenur Nova Iriansyah, hingga rakyat Aceh tidak lagi berbangga, malah banyak kekecewaan hingga akhirnya rakyat Aceh sekarang krisis kepercayaan pada Nova. Aceh lima tahun terakhir terkesan penuh dengan kegagalan, dan dan putus harapan, ditambah lagi krisis kepemimpinan.[ril | red 01]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *