halaman7.com – Banda Aceh: Guna mengenang perang besar yang terjadi di Gayo satu abad lalu. Pusat Kajian Kebudayaan Gayo menggelar Bincang Sejarah Kebangkitan Perlawan Linge.
Peristiwa penting dan bersejarah 116 tahun lalu, terjadi tepat pada 9-10 Agustus 1916 di Dataran Tinggi Gayo, yakni perang dua hari dua malam di Serule. Perang tersebut merupakan wujud kebangkitan perlawanan Linge melawan kolonialis Belanda.
“Ini peristiwa bersejarah di Gayo, penting untuk diperingati, dibahas, diketahui masyarakat Gayo. Supaya jadi ingatan kolektif, dan bisa diwariskan ke generasi Gayo mendatang,” kata Yusradi Usman al-Gayoni, Ketua Pusat Kajian Kebudayaan Gayo, Sabtu 6 Agustus 2022.
Kebangkitan perlawanan Linge, ungkap Pendiri dan Pengelola Perpustakaan Gayo itu, ditandai dengan pertempuran dua hari dua malam yang dipimpin Said Abdullah atau yang lebih dikenal dengan Aman Nyerang, tokoh perempuan, ulama perempuan sekaligus perempuan pejuang, dan Pengulu Mungkur, pada 9 dan 10 Agustus 2022.
Pada waktu itu, Belanda berencana membumihanguskan Linge. Terjadilah kebangkitan sekaligus perlawanan Linge. Perang pun pecah di Serule. Aman Nyerang dengan pasukannya berjumlah 6 orang.
Tokoh perempuan sekaligus ulama perempuan dan perempuan pejuang dengan pasukannya 5 orang. Pengulu Mungkur berikut anggotanya 13 orang.
“Total 24 orang, melawan pasukan Belanda,” tutur Yusradi.
Dilanjutkan Yusradi, Bincang Sejarah Kebangkitan Perlawan Linge akan dinarasumberi pemerhati sejarah Gayo sekaligus penelusur dokumen-dokumen Gayo yang tersimpan di Belanda, Zulfikar Ahmad.
Di samping Bincang Sejarah Kebangkitan Perlawan Linge, sambung Yusradi, Pusat Kajian Kebudayaan Gayo mencoba mendorong adanya lawatan sejarah ke Serule. Kalau memungkinkan pada 9 atau 10 Agustus 2022 ini, bertepatan dengan perang di Serule tadi.
“Pada Agustus 2022 ini juga, masih dalam momentum kemerdekaan RI. Selama di Serule, akan silaturahmi dan bertemu dengan Reje (Kepala Desa) dan tokoh-tokoh masyarakat Serule. Untuk memastikan, di mana lokasi perang 1916 tersebut,” sebut Yusradi.
Ke depan, jelas Yusradi, di tempat tadi perlu dibangun prasasti, tugu, monument atau museum Kebangkitan Perlawan Linge. Jadi, peristiwa bersejarah ini bisa jadi ingatan kolektif masyarakat Gayo.
Hal ini ditandai dengan terwujud dalam prasasti, tugu, monument atau museum tadi. Alhasil, bisa diwariskan ke generasi Gayo pada masa mendatang.
Lebih dari itu, diharapkan, tempat tadi bisa jadi wisata sejarah pada masa yang akan datang. Akibatnya, akan berdampak pada perkembangan sekaligus kemajuan Serule dan sekitarnya. Juga, berdampak pada perbaikan dan peningkatan ekonomi masyarakat setempat.
Bincang “Kebangkitan Perlawanan Linge” Pusat Kajian Kebudayaan Gayo akan digelar secara terbuka melalui Zoom Meeting pada Senin 8 Agustus 2022, mulai pukul 19:30-21.00 WIB.
Kegiatan ini bisa diikuti melalui tautan zoom meeting https://us02web.zoom.us/j/81742176424?pwd=c0NsaVpjV0FUVVlWdk1JbC8xNGxvQT09, meeting ID: 817 4217 6424, dan passcode: 406219.[ril | red 01]

















