Catatan: Iranda Novandi
DI TENGAH guyuran kritik tajam yang menghujam bertubi-tubi saat keberangkatan Kontingen PWI Aceh menuju Pekan Olahraga Wartawan Nasional (Porwanas) XIII di Malang, Jawa Timur, 21-26 Nopember 2022. Kontigen PWI Aceh bisa pulang ke nanggroe indatu dengan kepala tegak.
Setidaknya, torehan emas ini, menghampus puasa perolehan emas yang pernah di raih Aceh pada terakhir pada Porwanas Samarinda, Kalimantan Timur, pada 2009. Pada saat itu, Aceh memperoleh 2 emas di Cabor catur beregu dan perseorangan. Dan Porwanas 2013, satu emas juga di raih dari Cabor Catur.
Torehan satu emas yang dipersembahkan anak muda asal Aceh Jaya, Al Muzzammil dari cabang lomba fotografi, kiranya menjadi embun penyejuk di tengah padang tandus carut marutnya Porwanas Malang.
Ayah satu anak yang baru berusia beberapa bulan itu, mampu menghempas semua kritik liar yang lepas bak mortir dalam kancah peperangan. Bukan saja itu, derita dengan segala tatangan dan dinamika yang terjadi, saat berangka meninggalkan Banda Aceh, seakan sirna.
Baca Juga:
Tantangan dan derita terjebak longsong di bukit Seumadam, Aceh Timur menjadi awal kisah epic kontingen Porwanas Aceh. Berjibaku selama 7 jam dalam kungkungan malam dalam kubangan longsor, pada 19 Nopember 2022, malam.
Hingga matahari, 20 Nopember 2022, menyapa jagad raya, tiga bus yang mengantarkan para Spartan tanah rencong, lepas dari tantangan pertama dan menjemput tantangan selanjutnya. Tantangan itu, belantara Kuala Namu.
Para pewaris juang Teuku Umar ini, harus berjibaku kembali untuk bisa terbang ke Surabaya, Jawa Timur. Dengan melibatkan banyak pihak, hingga ke level jenderal bintang dua. Kontingen Porwanas Aceh, akhirnya bisa terbang ke Jawa Timur pada Senin, 21 Nopember 2022.
Dedikasi pihak maskapai penerbangan Lions Air, merescedul penerbangan 80 orang kontingen Aceh, tanpa ada konvensasi apapun. Artinya, Lions Air memberi tiket penuh bagi kontingen Aceh, yang selayaknya sudah hangus.
Ini juga bagian dari dukungan besar yang diperlihatkan maskapai berlambang kepala singa ini, guna mendukung tim Porwanas PWI Aceh dalam mengikuti even bergensi bagi para wartawan yang tergabung dalam PWI se Indonesia.
Sang Surya pun telah kembali ke peraduan. Saat kontingen Aceh menginjakan kakinya di Kota Pahlawan, Surabaya. Perjalannya pun dilanjutkan menuju Kota Apel, Malang. Di bawah rinai gerimis malam, sang Spartan Aceh pun tiba dan bisa sedikit bernafas lega.
Walkover
Namun, cobaan berlum berakhir. Tanpa bekal hasil technical meeting (TM) tim Aceh seakan berjalan di tengah malam gulita tanpa penerangan. Mulai dari buta jadwal pertandinga hingga harus menerima konseksuen Walkover (WO). Seperti yang dialami tim futsal Aceh, harus memberi dengan keiklasan kemenangan percuma pada tim Sulawesi Utara (Sulut).
22 Nopember 2022, bukanlah waktu yang cukup bagi tim untuk recovery. Di tengah kelelahan yang hebat, tim Porwanas Tim Porwanas Aceh harus berlaga dengan tim yang sehari dan dua hari tiba di Malang.
Satu persatu, tim Porwanas Aceh bertumbangan. Recovery yang tak memadai ditambah lawan yang dihadapi juga bukan wartawan sembangan. Melainkan atlet professional yang dikaryakan menjadi wartawan, membuat para Spartan Aceh harus rela mengakui keunggulan lawan.
Bulutangkis, bilyar, atletik dan sejumlah cabang olahraga lain, sangat kental aroma atlet yang disulap jadi wartawan yang bermain. Ajang silaturrahmi nasional, berubah menjadi ajang mengejar prestasi murni. Tak lolos masuk pelatnas dan bertarung di Kejurnas, mencari perutungan di Porwanas?
Syukur Aceh mampu mencuri satu emas, di cabang lomba yang murni karya Jurnalistik. Yakni cabang lomba fotografi jurnalistik. Yang tak mungkin ada atlet yang dijadikan fotografer, karya fotografi memang kerjanya wartawan sehari-hari.
Buruknya sistem kordinasi dan pelaksanaan porwanas serta segala catatan miring dari Porwanas Malang, ini diakui sendiri oleh SIWO PWI Pusat. Hujan protes di semua cabor nyaris terjadi. Tragedi berdarah juga tak luput dari ajang para penyalur hobi dari para wartawan.
Ada apa dengan Porwanas Malang ini???…. bersambung
Respon (1)