Mushala Syahid Lapan yang Bersejarah

Mushala Syahid Lapan.[FOTO: h7 - iranda novandi]

Catatan: Iranda Novandi

JIKA kemarin-kemarin kita sudah berkunjung ke masjid-masjid yang ada di Aceh, bahkan luar Aceh dan negeri jiran, Malaysia. Hari ini kita singgah sebentar di mushala. Mushala itu bernama Syahid Lapan, di Kabupaten Bireuen, tepatnya di Desa Blang Tambue, Kecamatan Simpang Mamplam.

Memang, kisah kali ini bukan masjid sebagaimana tulisan-tulisan sebelumnya. Namun, cerita di balik mushala ini memiliki sejarah yang panjang tentang republik ini. Bagaimana tidak, karena mushala ini diberi nama mushala Syahid Lapan.

Mushala ini dibangun atass swadaya masyarakat yang melintas jalan Banda Aceh – Medan. Banyak pengguna jalan yang melintas yang singgah dan shalat disini. selain bangunan utama sebagai ruang shalat, mushala ini juga terdapat satu menara dan bangunan lainnya.

Bagi yang singgah dan shalat disini, tentu saat keluar mushala akan berhadapan langsung dengan makam Syahid Lapan (Delapan Syuhada) yang sudah berusia 116 tahun. Dengan dilindungan rindangnya pohon Angsana atau orang Aceh menyebutnya Bak Asan, makam tersebut seakan abadi di hati masyarakat Aceh.

Di Makam yang terletak di dataran perbukitan Cot Batee Geulungku atau sekitar 30 km dari arah Bireuen di kubur delapan syuhada yang gugur saat bertempur dengan marsose (korp marechaussee te voet) Belanda pada 1902.

Sekilas sejarah yang terukir di dinding depan makam asal usul makam. Tulisan tersebut berbunyi seperti ini (saya kutip utuh): “pada awal tahun 1902, para syuhada yang berjumlah delapan orang berhasil memusnahkan sepasukan serdadu marsose belanda yang berjumlah 24 orang dengan hanya bermodal pedang.

Di kala para syuhada telah berhasil melumpuhkan semua pasukan marsose dan mengumpulkan semua senjata milik tentara penjajah, tiba-tiba para syuhada diserang oleh sepasukan serdadu marsose yang memberikan bantuan dari arah Jeunieb. Ke delapan syuhada tersebut syahid sebagai bunga bangsa”.

Ke delapan syuhada yang dikubur di makam itu yakni, (1) Tgk Panglima Prang Rajeuk Djurong Binje, (2) Tgk Muda Lem Mamplam, (3) Tgk Nyak Bale Ishak Blang Mane, (4) Tgk Meureudu Tambue, (5) Tgk Bale Tambue, (6) Apa Syehk Lancok Mamplam, (7) Muhammad Sabi Blang Mane dan terakhir, (8) Nyak Ben Matang Salem Blang Teumeulek.

Baca Juga  Polres Sabang Amankan 4 Pelaku Pencurian

Itulah, mengapa mushala ini menjadi istimewa dan saya masukan dalam serial masjid yang setiap harinya selama bulan Ramadhan 1446 h, sebagai bentuk nilai syair islami.[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *