Aceh  

ALA Pemicu Konflik, Agus Muliara: Orang Tersebut Belum Memahami Kehidupan Bertata Negera

halaman7.com – Takengon: Aktivis muda perjuangan ALA wilayah Tengah, Agus Muliara menegaskan penyebar isu bahwa hajat pemekaran provinsi ALA (Aceh Lauser Antara) dari Provinsi Aceh merupakan pemicu konflik, orang tersebut gagal faham.

Agus mengatakan, jika ada celotehan dan pemikiran sedemikian yang terniang di benak seseorang maka orang itu masih belum matang. Kurang dewasa dalam memahami kehidupan bertata negara.

Agus menerangkan, banyak persoalan yang mengakibatkan keinginan dan mimpi masyarakat wilayah tengah untuk memisahkan diri dari Aceh. Bukan karena tidak rukun hidup bersama selama ini. Melainkan hanya karena ingin mempermudah akses sistem birokrasi pemerintahan.

Sebab, selama ini letak geografis ibu kota provinsi terlalu jauh jarak tempuh yang harus di arungi. Di tambah lagi dengan keluasan Provinsi Aceh menjadi kurang efektif dalam pemerataan pembangunan.

“Ini juga menimbulkan sulitnya pertumbuhan ekonomi. Karena terlalu banyaknya indeks penduduk,” ujar Agus, Jumat 2 Oktober 2020.

INFO Terkait:

Mimpi Indah

Dikatakan, salah satu impian masyarakat wilayah tengah berharap besar dan menaruh mimpi indah dengan di mekarkannya ALA dari Aceh. Nantinya dapat meningkatkan SDM wilayah tengah dengan didirikanya infrastruktur pendidikan lebih memadai.

Jadi sangatlah di sayangkan dengan pemikiran-pemikiran yang menganggap pemekaran ini akan menjadi pemicu konflik. Karena sudah jelas ini hanya untuk memandirikan diri, bukan untuk saling membenci.

Dengan adanya pemekaran ini nantinya. Otomatis aspek ketenagakerjaan di provinsi baru juga semakin meningkat. Dengan hadirnya lowongan-lowongan pekerjaan lebih banyak lagi. Disini nantinya SDM dan juga SDA akan dimanfaat dengan harapan yang kita idamkan selama ini.

Baca Juga  Pemekaran ALA Makin Mengkristal di Pemerintah Pusat

Agus selaku mahasiswa ketata negaraan juga menjelaskan salah satu penyebab terhambatnya perkembangan suatu daerah dan negara itu di karenakan terlalu luasnya suatu wilayah yang di pimpin.

“Jadi kita selaku intelektual muda kiranya dapat lebih mempertajam analisis kita. Karena kita adalah merupakan harapan baru bagi bangsa yang akan kita genggam kedepannya,” tutup Agus.[Sutris | red 01]

Facebook Comments Box

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *