Alhudri Dipusaran Pro Kontra

KEPALA Dinas Pendidikan (Kadisdik) Aceh Drs Alhudri MM menjadi tokoh sentral yang diperbincangkan di Aceh saat ini. Pernyataannya menimbulkan pro kontra. Sejumlah tokoh memberikan komentar yang beragam.

Pro kontra ini berawal saat Alhudri mengeluarkan pernyataan yang berbau ultimatum kepala sekolah SMA/SMK dan SLB. Bagi yang tidak mampu melaksanakan vaksinasi siswa hingga batas terakhir 30 September 2021, diminta mengundurkan diri.

“Ini saya tegaskan kepada kepala sekolah SMA, SMK dan SLB. Jika tidak mampu, maka saya persilahkan mundur saja,” kata Alhudri di hadapan kepala sekolah SMA/SMK dan SLB saat mendampingi Sekda Aceh, dr Taqwallah MKes di SMKN 2 Blang Kejeren, Kabupaten Gayo Lues, Minggu 19 September 2021.

Sehari pascapernyataan itu, munculah pro kontra. Bukan saja menjadi konsumsi media di Aceh. Namun, ini juga menjadi pembicaraan hangat di kalangan masyarakat. Baik di warkop maupun di lingkungan sekolah di seluruh Aceh.

Berikut kutipan beberapa pernyataan Pro dan Kontra, yang dirangkum halaman7.com.

Kontra:

20 September 2021

Usman Lamreueng (Akademisi Unaya):

Kepala Dinas Pendidikan Aceh sangat arogan dan cenderung menumpahkan bola panas ke bawah. Dengan gaya seperti yang dia tunjukkan itu, maka ancam mengancam akan berlanjut lagi dari kepala sekolah ke wali kelas.

Drs Hamdani MM (Mantan Kepsek SMA Lamteuba):

Cara-cara sosialisasi vaksin ke lembaga pendidikan, bukan dengan cara-cara mengultimatum kepala sekolah.

Safaruddin (Wakil Ketua DPRA):

Bahasanya saja yang kurang elok. Terkesan arogan. Kan bisa disampaikan dengan bahasa yang lembut dan minta kepala sekolah untuk ajak guru, siswa, dan orang tua memahami kebutuhan vaksin untuk kebaikan kita semua.

Dr Teuku Zulkhairi MA (Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry):

Baca Juga  Diskominfotik Banda Aceh Seleksi Tenaga TIK

Pernyataan Kadisdik Aceh, Alhdudri, kepada para kepala SMA/SMK dan SLB terkait vaksinasi kepada siswa bersifat arogan.

“Kita berharap dan mendukung agar agenda vaksinasi bisa sukses. Tapi tidak bisa dengan bahasa-bahasa arogan dan mengancam begini. Yang sedang punya kuasa sebentar, posisikan diri kita masing-masing sebagai orang yang penuh kasih sayang. Bukan orang yang penuh amarah.”

21 September 2021

Syakya Meirizal (Koordinator Masyarakat Pengawal Otsus Aceh):

Syakya Meirizal melakukan aksi tuggal di depan gedung A Dinas Pendidikan Aceh tepatnya di jalan Jalan Teuku Moh Daud Beureueh.

Syakya terlihat membawa poster bertuliskan “Jika target vaksinasi tidak tercapai pada 30 September #PecatAlhudri dari Kadis Pendidikan Aceh, Bukan Kepsek yang Harus Mundur.”

Dr Taufik A Rahim (Pengamat/Dosen Universitas Muhammadiyah Aceh):

Pernyataan Kadisdik sebagai bentuk perilaku over acting, dikarenakan hadirnya Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh pada pertemuan tersebut.

Pro:

20 September 2021

Yulizar Kasma SKm MSi (Ketua PW Pemuda Muslim):

Pimpinan Wilayah (PW) Pemuda Muslim Provinsi Aceh mendukung upaya percepatan vaksinasi siswa usia sekolah yang dilakukan Dinas Pendidikan Aceh.

“Pimpinan Wilayah Pemuda Muslimin Indonesia Provinsi Aceh mendukung Kepala Dinas Pendidikan Aceh dalam upaya percepatan vaksinasi Covid-19 pada siswa di atas 12 tahun,” kata Ketua PW Pemuda Muslim.

Fauzan Azima (Penasehata Khusus Gubernur)

Fauzan Azima mengapresiasi sikap Kadisdik Aceh, Alhudri, yang mengultimatum kepala sekolah untuk mengundurkan diri terkait vaksinasi untuk siswa di Tanah Rencong.

“Dalam kondisi seperti saat ini pemimpin itu memang harus tegas. Terutama kepada staf di bawah lingkungan kerjanya, menurut kewenangannya,” ujar Fauzan Azima.

Solusi:

Persatuan Guru Nahdhatul Ulama (Pergunu) Provinsi Aceh meminta Kadisdik Aceh, Alhudri lebih menggunakan pendekatan yang religius dalam menyukseskan program vaksinasi di sekolah.

Baca Juga  Vaksinasi Pelajar di Aceh Tamiang

“Jangan bangun stigma bahwa kehidupan masyarakat Aceh harus selalu hidup dibawah tekanan,” ujar Ketua Pergunu Aceh, Tgk Muslem Hamdani MA.

Bukan Pekerjaan Mudah

Alhudri dalam pernyataan terbarunya, mengaku vaksinasi siswa usia sekolah bukanlah pekerjaan mudah. Apalagi dalam meyakinkan wali siswa terhadap pentingnya vaksinasi.

“Kami faham betul bapak/ibu ini bukan pekerjaan mudah. Tapi kita harus berusaha bersama-sama. Karena ini untuk kebaikan anak-anak kita semua,” kata Alhudri di hadapan kepala sekolah dan wali kelas saat mendampingi Sekda Aceh, dr Taqwallah dalam kunjungan di SMAN 1 Lhokseumawe, Selasa 21 September 2021.

Kemana Arah Pendidikan Aceh

Melihat latar belakang masalah. Lalu munculnya pernyataan yang kontra dan yang pro serta ada juga pihak yang memberi solusi. Pertanyaannya mau dibawa kemana arah pendidikan Aceh ini?

Apakah vaksinasi menjadi salah satu barometer bagi dunia pendidikan Aceh, hingga nanti bisa dikatakan Aceh Hebat. Atau mungkinkah hanya berdebat sesuatu yang tak krusial dalam hal membangun pendidikan Aceh, bisa membawa perubahan kualitas pendidikan Aceh yang berkualitas?

Tapi bukan Aceh juga namanya, kalau semua persoalan bisa ditanggapi dengan tensi tinggi. Aceh pernah alami masa-masa sulit dan penuh tekanan dan perjuangan yang tiada lelah. Mulai dari perang masa penjajahan, dimana pahlawan-pahlawan Aceh dan aneuk Aceh terkenal gigih mempertahankan tanoh indatu dalam mengusir penjajahan.

Begitu juga, Aceh pernah jalani masa sulit pada saat konflik berkepanjangan sekitar 30 tahun. Sebelum kembali ke masa damai, pasca MoU Helsinki, 15 Agustus 2005.

Namun, sekarang yang patut dipikirkan, bagaimana kita (Aceh) bisa bangkit, menyetarakan kualitas pendidikan yang sama disemua jenjang dan tingkatan. Mutu pendidikan bukan saja berada di pusat kota saja. Namun, pendidikan yang berkualitas juga harus bisa dirasakan di sekolah-sekolah yang terletak di gampong yang jauh dari pusat kota.

Baca Juga  Penambahan Kasus Positif Covid di Aceh Tamiang

Anak-anak Aceh yang bisa tembus ke perguruan tinggi ternama dengan fakultas bergensi di Indonesia harus bisa lebih banyak dan merata dari semua strata pendidikan di Aceh dari kota hingga gamping.

Bukan hanya sekedar lulus ke perguruan tinggi. Lalu, nantinya bisa menjadi beban dalam kehidupan masyarakat. Ini bisa kita lihat, betapa banyaknya anak Aceh lulusan perguruan tinggi, jadi pengangguran dan jadi beban ditengah masyarakat.

Lalu, apakah pro kontra ini masih perlu. Sedangkan ada hal lebih penting dan krusial lagi harus dipikirkan. Untuk pendidikan Aceh yang lebih baik dimasa mendatang. Ini menjadi tugas bersama. Mungkinkah? Semoga![h7]

Facebook Comments Box

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *